Part 1 | Pertemuan

1.1K 231 66
                                    

⚠️ WARNING ⚠️

- Yang buruk jangan dianggap keren, ambil yang baik dan buang yang buruk. Oke?
- Bijaklah dalam membaca
- Terakhir, vote jangan lupa! Hehe.
- Foto cr; pinterest.

⭐⭐⭐


Kepala remaja yang terbaring di ranjang itu bergerak gelisah, keningnya berkerut dalam, bibirnya bergetar merintih tak jelas. Peluh sebesar biji jagung bermunculan membanjiri keningnya hingga membuat rambut hitam legamnya lepek.

Dia kesulitan membuka mata, entah kenapa anggota tubuhnya terasa kaku digerakkan. Rasanya ingin sekali meminta bantuan untuk segera dibangunkan, tapi mulutnya kelu, tak bisa ia gerakkan kecuali sekedar merintih kewalahan.

Syukurlah, setelah beberapa saat akhirnya ia berhasil terbangun dari tidur lelapnya dengan nafas terengah.

Wanita yang tidur disampingnya tentu terkejut, segera menyalakan lampu kamar dengan panik.

Ctek.

"Mimpi buruk?" Tanya wanita itu sembari memberikan segelas air minum. Putranya segera menerima, menandaskan air hingga tak bersisa.

Remaja itu lantas memegang dada, kembali menormalkan degup jantung yang menggila seolah baru saja berlari kiloan meter.

"Bunda sudah bilang, sebelum tidur itu baca doa. Biar nggak ketindihan seperti ini," omel wanita itu seraya mengusap peluh di kening sang putra. "Demam dan flumu kenapa belum reda ya. Besok ikut bunda dan ayah saja ke rumah sakit, ya? Biar dikasih infus, semalem doang palingan."

Putranya bergeming, melengos begitu saja lalu meletakkan sendiri gelas yang dipegangnya di atas nakas.

Wanita cantik yang sudah berkepala tiga itu mencebik, "heran, bunda dan ayahmu itu dokter, loh ... tapi kamu malah udah kayak orang alergi rumah sakit."

Putranya mendecak mendengar gerutuan itu, "kan tadi sama bunda udah disuntik dan dikasih obat, besok pagi pasti udah sembuh."

"Amin, deh. Kalau gitu besok pulang sekolah jangan dulu ikut rapat OSIS, Paskibra, Bimbingan Olim, PIK-R atau kegiatan apalah itu_ eh?" Bunda terdiam, jadi mengerjap beberapa kali tersadar akan sesuatu. "Astaga! ternyata banyak sekali kegiatan yang kamu ikuti di sekolah," katanya lalu memberi tatapan tak suka pada sang putra membuat anak itu mengulum bibir, mengalihkan pandang. "Ck, bunda yang akan jemput kamu besok!" Putus bunda, tak ingin lagi di bantah.

"Bun?!"

"Jangan melawan! Kamu harus banyak istirahat supaya segera sembuh total."

Putranya mendengus kesal.

"Setelah bel pulang, langsung keluar kelas, jangan kemana-mana! Kamu nggak akan biarin bundamu yang kesabarannya setipis tisu dibelah dua ini nunggu lama di depan gerbang sekolah kan?"

Sang putra merotasikan bola matanya. "Dari pada bunda yang heran kenapa aku alergi rumah sakit. Lebih heran lagi, ada anak yang pintar dan aktif berorganisasi bukannya didukung, bunda justru sebaliknya. Aneh!"

"Hey anakku sayang, keadaannya berbeda. Mengertilah! Kalau saja kamu sedang sehat, mau ada kegiatan organisasi sampai Maghribpun bunda akan kasih izin."

"Apa Iya? Bunda pasti mulai pikun. Beberapa hari lalu, pas masih pukul lima dan aku-nya belum pulang, Bunda udah uring-uringan, tuh. Nelpon satu persatu temen-temenku."

Maria -sang bunda menyengir, "Waktu itu bunda lihat putranya mas Tama sudah pulang. Dia kan OSIS juga. Jadi bunda kepikiran, kenapa kamu belum pulang? Khawatir dong bunda."

Jeha dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang