Part 3 | Keluarga Austin

858 216 73
                                    

⚠ DISCLAIMER ⚠
- Fiksi, tidak ada sangkut pautnya penggambaran karakter tokoh dengan visualisasi
- Terdapat adegan kekerasan dan kata-kata kasar
- Foto cr; Pinterest.

HAPPY READING, GUYS~
yuk, vote dulu^^

⭐⭐⭐

.

.

.

Jeha terbangun dengan mata terbuka kasar. Ia sontak terduduk, walau di detik berikutnya ia meringis pelan, "sshhh ...." Sebelah tangan Jeha reflek memegang kepala, merasakan denyut menusuk akibat gerakan bangunnya yang begitu tiba-tiba.

Sejenak, Jeha terpaku menyadari baju khas pasien yang dikenakannya. Apa ia berada di rumah sakit? Jeha lantas meneliti sekitar, namun ruangan ini justru terlihat seperti kamar apartemen dibandingkan kamar rumah sakit seperti dugaannya.

Jadi di manakah sebenarnya ini?

Jangan-jangan ...

Di ruangan pribadi si Pak Tua aneh itu?!

Jeha memekik tertahan, jadi segera mengecek IPul, takut kejantanannya sudah ternodai. Sekarang Jeha jadi overthinking, bagaimana jika si Pak Tua yang mengganti seragamnya dengan baju pasien ini? Argh, sepertinya Jeha harus pergi ke dokter Obgyn untuk mengecek kejantanannya. Begitu pikirnya, terlampau panik hingga lupa dirinya lelaki tulen.

Maka sebelum ada yang memasuki ruangan, Jeha buru-buru turun dari ranjang. Segera berganti, mengenakan seragamnya kembali yang terlipat rapi di atas meja minimalis dekat posisinya.

Namun ketika ia masih mengancingkan baju, pintu ruangan mendadak terbuka, sukses mengalihkan atensinya.

"P-pak Tua?!" Jeha membulatkan mata.

"Kaget, anjir! Udah mukanya serem, pake muncul tiba-tiba lagi, fix 'tu orang turunan jelangkung." Monolognya lirih dengan kepala disembunyikan menyamping.

Jeha lantas memejam sejenak, mengatur ekspresi sebelum kemudian memberanikan diri natap orang yang baru masuk tadi walau dengan bibir yang sudah mendumal tak jelas.

Orang yang dipanggil pak Tua itu jadi terkikik geli melihat ekspresi Jeha, "sepertinya kau senang sekali melihatku?"

Dih, butakah dia?

Jeha berlagak muntah, mengejek si pak Tua yang PD-nya kebangetan.

Pria itu tertawa, lalu mendekat dan mengulurkan tangan. "Perkenalkan, namaku Darion, masih muda dan asli keturunan manusia." Katanya menekan kata muda dan manusia, menyindir Jeha. "Sekarang, perkenalkan dirimu?"

Jeha melengos, tak berniat merespon sedikitpun, jadi kembali menyelesaikan kancing baju terakhirnya lalu melenggang melewati Darion dengan santai.

"Heh heh, kau mau kemana?"

Jeha berhenti, lalu berbalik, "bukan urusanmu Pak Tua!"

"Kau akan pergi begitu saja tanpa berterimakasih kepadaku?"

Jeha mendelik, "aku kan juga sudah menolongmu!"

Jeha dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang