Part 11 | Drama Tuan Muda

682 155 87
                                    

⚠️ DISCLAIMER ⚠️
- Memicu pengalaman traumatis
- Fiksi, tidak ada sangkut pautnya penggambaran karakter tokoh dengan visualisasi
- Foto, cr; pinterest

HAPPY READING, GUYS~
✨Vote dan Komen, yuk!✨

.

.

.

Gerbang rumah Darion baru saja akan ditutup oleh dua orang penjaga, tetapi tertahan sebab mereka dikejutkan dengan kehadiran Tuan Muda baru mereka. Siapa lagi kalau bukan Jeha --Jeandra Hanardasa Chaldric.

"Tuan Muda, ke-kenapa anda__" kaget salah satu penjaga.

Penjaga yang lain dengan cepat menyela. "Sampaikan hal ini pada Tuan Besar," perintahnya lalu beralih kembali pada Jeha. "Silahkan masuk saja, Tuan Muda ..."

Jeha bergeming. Hanya diam menatap bangunan megah di depannya. Sudut bibirnya lalu terangkat sebelah, tertunduk sejenak merasa lucu dengan kebodohannya sendiri. Aishh ... kakinya memang tidak tahu malu! Kenapa malah berjalan tanpa sadar ke rumah ini?

Tak berselang lama Victor tiba dengan langkah lebar. "Tuan Muda, ayo masuk ..." Ajaknya, mempersilahkan Jeha berjalan lebih dulu.

Jeha menatap Victor sekilas, lantas mau tak mau menurut. Lagi pula ini sudah larut malam. Mau ke mana lagi dia? Tubuhnya pun sudah lelah.

Mereka tiba di ruang tamu, menemukan Darion yang berjalan tersandung-sandung sebab tergesa hendak menyusul Jeha ke depan dengan mata sipit khas orang bangun tidur.

"Son?" Ucap Darion, menghentikan langkah saat melihat Jeha. "Syukurlah kau pulang." Lanjutnya segera mendekat, meraih pundak Jeha.

Jeha mengulum bibir, menunduk agak malu teringat bagaimana tadi ia memaksa supaya diperbolehkan bermalam di luar, tapi malah balik pulang.

Eh???

"Pulang ya?" Gumam Jeha.

Darion mengangguk sembari tersenyum hangat, "iya! Ini rumahmu. Tempatmu pulang ..."

Meski agak geli, tetapi Jeha merasa tenang mendengarnya. Rumah dan pulang adalah kata yang tak pernah sekalipun Jeha banyangkan akan memilikinya. Lalu dalam sekejap, hidupnya berubah. Satu persatu hal-hal yang semula dirasa mustahil didapat, kini dengan mudahnya ia terima.

Jadi bolehkah Jeha merasa bahagia sekarang? Sebab kini, pundaknya sungguh jauh lebih ringan dari sebelumnya. Teduh dalam sorot mata Darion selalu berhasil membuatnya terpaku. Menenggelamkannya dalam ketulusan yang terpendar dari binar cerah di sana.

"Mm, iya. Jeha ... sudah pulang, ke rumah."

Raut Darion merekah seketika. Ia lagi-lagi mengangguk, kini lebih antusias. "Iya, terimakasih. Terimakasih sudah memilih rumah ini untuk pulang, Son. Ayah sangat bahagia, sungguh."

Jeha dibuat diam seribu bahasa. Tak tahu lagi harus menanggapi dengan gaya bicara macam apa. Perasaannya sedang tak menentu sekarang.

"Tapi Son, kau harus tahu. Pulang itu juga punya aturan." Kata Darion menyentil ujung hidung Jeha yang terlihat melamun.

Jeha tersadar, langsung melengos mengusap hidungnya.

"Tidak ada jam pulang sampai selarut ini. Apa lagi untukmu. Angin malam tidak baik bagi kesehatan mu, Son."

Jeha benar-benar merasa aneh. Ia sama sekali tak merasa terganggu mendengar kalimat yang biasanya akan ia anggap lebay dan berlebihan itu. Entah kenapa, kali ini ia malah merasa nyaman diperlakukan begitu.

Jeha dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang