⚠️ DISCLAIMER ⚠️
- Fiksi, brothership only.
- Ada kalimat buruk dan kata kasarnya
- Vote dan Komen, yuk.HAPPY READING, GUYS~
⭐⭐⭐
.
.
.
Di ruang tamu, dua rekan Victor --yang juga seorang bodyguard-- tengah sibuk menjalankan perintah Tuan Muda mereka. Anak itu meminta mereka menyelesaikan tugas dari guru privatnya, yaitu membuat kotak pensil anyaman dari daun pandan. Sesekali mereka terdengar mengeram kecil. Kesal, karena daun pandan yang mereka pegang malah patah bahkan ada yang sampai hancur."Hati-hati mangkanya! Gausah apa-apa ngandelin otot. Kalian itu harus belajar ngerjain sesuatu pake perasaan," kata Jeha sok menasehati.
Saat ini, Jeha sedang duduk di sofa, di atas tiga bodyguard yang sama-sama lesehan di bawahnya. Anak itu dengan kurang ajarnya ngomel-ngomel sembari nyemilin potongan buah apel yang dikupaskan Victor.
"Heh, om Botak, sabar dong! Belum waktunya dimasukkan." Jeha menegur Vincent, si bodyguard berkepala mengkilap.
Vincent pun segera mengecek, tetapi ia merasa langkahnya sudah benar. Tadi kan helaian daun pandang yang dipegangnya terletak di atas helaian daun sebelumnya. Jadi sekarang waktunya ia menyelipkan atau memasukkan helaian daunnya ke anyaman daun berikutnya.
Tapi kenapa kata Jeha dirinya salah? Vincent pun melempar tatap tanya pada Levin --partnernya menganyam. Levin mengangkat kedua bahu tak tahu. Mereka tuh sama-sama nggak berani melawan Jeha. Soalnya Jeha mengancam akan menangis jika mereka tidak mau menurutinya.
Sementara Darion akhir-akhir ini sedang amat overprotektif pada kesehatan fisik dan mental Jeha. Jika mereka ketahuan bikin Jeha nangis, gimana nasib mereka selanjutnya? Al hasil mereka turuti saja apapun kemauan bocah itu.
"Nah nah, bener tuh si tonggos." Jeha menunjuk Levin yang sudah hampir selesai dengan anyamannya. Levin tersenyum lebar bangga mendapat pujian.
Vincent garuk-garuk kepala, masih merasa ada yang aneh.
"Nanti kalo rasanya udah pas, udah enak, baru dikeluarin. Gitu, Bot."
Kini tidak hanya Vincent yang mengernyit janggal. Levin pun demikian. Mereka kompak menatap Jeha yang malah cekikikan sendiri. Victor yang juga duduk lesehan, tetapi paling dekat dengan Jeha langsung meletakkan jari telunjuknya ke mulut anak itu.
"Hoeekk. Yeekk, asin banget jari paman! Hoek." Jeha spontan mengambil minum di meja. Menatap horor pada Victor yang berani-beraninya menyentuh mulutnya saat masih terbuka karena tertawa. Kan jari telunjuk Victor jadi nggak sengaja masuk ke mulutnya.
Victor segera menunduk. "Maaf Tuan, tetapi ucapan anda terdengar sangat ambigu." Vincent dan Levin pun kompak mengangguk setuju.
"Loh kan emang bener. Di masukkan dengan hati-hati kalo udah ena__"
"Oh Tuan Darion!"
Jeha kontan merapatkan mulut. Buru-buru duduk tegak dan langsung turut duduk di bawah. Tangannya segera mengambil alih tugas menganyamnya dari Levin. Berlagak seolah dia lah yang membuatnya.
"Sudah jadi?"
Dengan songong Jeha menunjukkan kotak pensil dari hasil menganyamnya. Ralat, hasil menganyam Vincent dan Levin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeha dan Luka
Teen Fiction{Brothership, Family, Angst, Sad} Sejak awal, hidup Jeha jauh dari kata baik-baik saja. Terjerat dalam keserakahan para orang dewasa yang buta akan cinta. Terkukung dalam lingkar dunia malam yang tak berkesudahan. Ia telah kehilangan banyak hal. Jat...