⚠️ DISCLAIMER ⚠️
Segala hal-hal yang berbau medis dalam cerita ini hanyalah berdasarkan pengetahuan dangkal penulis.
Apabila ada kesalahan, mohon diingatkan ya.
Terimakasih!HAPPY READING, GUYS~
⭐⭐⭐
.
.
.
Di ruangan bernuansa putih itu, tak pernah sekalipun Jeha mengira akan berada di situasi seperti ini. Biasanya, ia yang akan terbaring dengan bermacam alat medis yang ada. Lalu Ayahnya, Darion, akan setia menangis di sampingnya. Menunggunya hingga kembali membuka mata. Lalu keadaan berbalik. Ia seolah disadarkan bagaimana rasanya menjadi Darion. Bagaimana berada di posisi seperti ini.
Jadi begini ya rasanya.
Jeha menunduk dalam, ia menggigit bibir bawahnya kuat. "Ayah kenapa belum bangun?" lirih Jeha.
Maria menghampiri Jeha, mengusap bahu lemas remaja itu. "Jeha, sayang, biarkan Ayah istirahat. Dokter bilang dia sudah baik-baik saja sekarang. Ayahmu akan bangun sebentar lagi."
Jeha menggeleng. "Semua ini salah Jeha. Gara-gara Jeha, Ayah seperti ini," katanya bersamaan dengan lelehan air mata.
Memeluk Jeha, Maria berusaha menenangkan. "Jangan salahkan dirimu sendiri, sayang. Kita semua khawatir tentangmu. Ayahmu hanya butuh istirahat sekarang, kamu pun begitu. Kamu bahkan sudah melewatkan jam makan dan minum obatmu, loh."
Ceklek.
Mahendra masuk bersama Austin dan Lisma.
"Apa perlu om pasangkan selang NGT lalu om suntik kamu dengan obat tidur?" Hendra datang dengan ancaman. Jeha kontan mencebikkan bibirnya.
"Ayah cepat bangun. Selamatkan Jeha dari om Hendra." Adunya pada Darion yang masih setia terpejam.
"Kalau tidak mau, makanlah bersama Bunda dan Oma." Hendra lanjut menasehati.
"Jeha tidak lapar, Jeha tidak butuh tidur."
"Jangan melawan, Jeha!" Austin berujar tegas. Cukup berhasil membuat Jeha ketakutan.
"T-tapi ..."
"Makan ya sayang ..." Maria segera mengusap surai Jeha. Ia sadar Jeha terkejut mendapat bentakan. Dengan lembut ia membujuk Jeha. "Ayahmu akan lebih marah jika tahu putranya yang selalu dikhawatirkan malah mengabaikan kesehatan."
"Oma jamin, habis Jeha makan, Ayahmu akan siuman." Lisma turut menimpali.
"Masa iya, Bun?"
"Iya, Oma benar. Coba saja buktikan."
Akhirnya, Jeha pun menurut. Ia dibawa pelan oleh Lisma menuju sofa di sudut ruangan. Lisma sudah menyiapkan sarapan untuk Jeha.
Semalam, saat sedang mencari Jeha, Darion mengalami kecelakaan. Ia tertabrak motor saat hendak menyebrang jalan akibat terlampau panik hingga tak memperhatikan kanan kiri. Karena setelah tertabrak Darion langsung bangun, seolah tidak terluka, si pengendara motor pun langsung pergi saja. Darion bahkan tak peduli walau ia merasa amat pening sebab kepalanya membentur batu besar di pinggir jalan.
Hendra yang pada saat itu masih berusaha memarkir mobil segera menyusul dan meminta Darion untuk pergi ke rumah sakit dulu. Tapi Darion keras kepala. Ia tetap bersikukuh menyusul Jeha di pasar malam seberang sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeha dan Luka
Teen Fiction{Brothership, Family, Angst, Sad} Sejak awal, hidup Jeha jauh dari kata baik-baik saja. Terjerat dalam keserakahan para orang dewasa yang buta akan cinta. Terkukung dalam lingkar dunia malam yang tak berkesudahan. Ia telah kehilangan banyak hal. Jat...