Part 26 | Jeha, Buat Ayah Senang!

325 61 9
                                    

⚠ DISCLAIMER ⚠

- Fiksi, tidak ada sangkut pautnya penggambaran karakter tokoh dengan visualisasi
- Seluruh hal yang berkaitan dengan medis hanyalah berdasarkan pengetahuan dangkal penulis
- Tetap vote dan komen yuk meski lagi baca offline!

HAPPY READING, GUYS~

⭐⭐⭐

.

.

.

Tiga hari dirawat, pagi ini Darion akhirnya diperbolehkan pulang. Bahkan sekarang ia sudah sibuk bekerja meski masih WFH atau bekerja dari rumah. Meeting online membahas berbagai proyek membuat Jeha yang duduk di pinggir ranjang mendengus tak suka melihatnya.

Tadinya ia pergi ke ruang kerja Darion dan merengek ingin ditemani tidur siang. Meskipun tujuan utamanya supaya Ayahnya itu berhenti bekerja. Jeha sebal sendiri melihat Darion yang baru saja sembuh malah sudah banyak aktivitas. Tapi ternyata usahanya gagal. Darion benar menemaninya, namun Pria itu tetap sibuk dengan tab dan berbagai berkas.

"Ayah!" Jeha kembali merengek.

Darion dengan cepat menoleh dan meletakkan jari telunjuk ke depan mulut. Meminta pengertian pada Jeha untuk diam sejenak.

Namun, ketika Jeha mendadak merebahkan diri ke ranjang dan langsung menutup seluruh tubuh dengan selimut, Darion tak dapat lagi fokus. Ia bergegas mengakhiri rapatnya. Putranya lebih penting sekarang.

"Hey boy, kau ini kenapa?" Darion menarik-narik selimut Jeha. "Apa badanmu tidak nyaman? Demam lagi, hm??? Coba Ayah cek." Mendadak khawatir, Darion jadi teringat dua hari lalu Jeha demam jadi berakhir dirawat bersama. Tetapi syukurlah, kata Maria, itu hanya efek Jeha kurang tidur serta banyak pikiran.

Mungkin karena mengkhawatirkan Darion? Ya, setidaknya itu yang Darion kira. Walau tidak sepenuhnya salah. Karena memikirkan penjelasan Mahendra mengenai penyakitnya, Jeha takut bagaimana jika ia tiba-tiba meninggal lalu membuat Darion kecewa telah merawat anak penyakitan sepertinya. Seperti ... tidak ada gunanya kan?

"Jeha ..."

Jeha tetap keras kepala, ia menahan erat selimutnya. Biarkan saja Darion panik!

"Jangan seperti ini. Nanti kau sesak," bujuk Darion.

"Jeha marah pada Ayah? Iya iya, ayah tidak akan kembali bekerja. Ayah akan tidur di sampingmu."

Baru setelah Darion merebahkan diri tepat disamping Jeha, anak itu membuka selimutnya.

"Ayah sungguh tidak akan membuang Jeha kan?" Tanyanya begitu mata mereka bertemu. Jeha merasa bahwa sikapnya hari ini terlalu kekanakan. Pasti sangat menyebalkan bagi Darion.

Dan benar saja! Ayahnya langsung memalingkan wajah. "Ck, kenapa kau menanyakan hal itu lagi?!" Darion benci ketika Jeha merasa menjadi beban untuknya. Padahal Darion sama sekali tak pernah merasa demikian.

Jeha merapatkan bibir, takut mendapati respon itu. Maka hati-hati ia kembali bicara. "A-ayah marah?"

Menghela nafas keras, Darion kembali menoleh pada Jeha. "Iya, ayah marah karena kau selalu saja membebani pikiranmu dengan hal-hal buruk."

Jeha menunduk. Memilin selimutnya dengan perasaan bersalah. "Ayah capek ya rawat Jeha? Iya, pasti ayah capek. Buat apa juga rawat anak penyakitan yang bisanya cuma habisin harta," ujar Jeha diakhiri dengan tawa sumbang.

Jeha dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang