Part 13 | Ingatan Juna

781 146 78
                                    

⚠ DISCLAIMER ⚠

- Fiksi, tidak ada sangkut pautnya penggambaran karakter tokoh dengan visualisasi
- Terdapat adegan kekerasan dan kata-kata kasar
- Foto cr; Pinterest.

HAPPY READING, GUYS~

⭐⭐⭐

.

.

.

Sekolah sudah sepi, bahkan koridor yang biasa ramai akibat para siswa yang berlarian diiringi celetukan-celetukan asal mereka kini tampak lenggang. Hanya terdengar kicauan burung yang samar-samar memecah keheningan, juga suara langkah menyeret dari seorang siswa yang berjalan dengan kepala tertunduk dalam. Lelah setelah seharian berkutat dengan berbagai kegiatan sekolah.

"Nak Arjuna ..."

Panggilan tersebut membuat siswa itu perlahan mendongak. Desah panjangnya mengudara sebelum akhirnya mengernyit mendapati satpam sekolah berjalan cepat ke arahnya.

"Iya pak?" Tanya Juna begitu satpam tersebut sampai di hadapannya.

"Bapak cari-cari dari tadi."

"Ada apa pak?"

"Itu, sudah ditunggu lama sama yang jemput di depan."

Sejenak Juna bertanya-tanya. Bukan kah ia sudah memberitahu Darion bahwa dia akan pulang terlambat? Itu sebabnya ia meminta supaya Jeha dijemput Darion saja alih-alih pulang bersamanya seperti saat berangkat tadi.

"Segera ke depan saja ya nak."

Juna mengangguk lantas segera berjalan mendahului satpam tersebut.

Dari kejauhan, Juna melihat pria dengan setelan serba hitam berdiri di dekat halte penjemputan siswa. Ia segera mempercepat langkahnya.

"Tuan Juna," sapa Victor menunduk singkat. Pria itu lantas menengok-nengok ke belakang Juna heran. "Tuan Muda tidak bersama anda?"

Juna menggeleng bingung. Harusnya Jeha sudah pulang sejak dua setengah jam yang lalu. Sedangkan Juna sendiri masih ada bimbingan privat persiapan olimpiade, itu sebabnya ia menjadi siswa yang terakhir pulang. Bahkan ini sudah hampir mendekati petang. Jadi kemana anak itu?

"Saya pikir Tuan Muda masih di dalam menunggu anda karena sedari tadi saya belum melihatnya keluar."

"Sudah tidak ada siapa pun di sekolah." Juna menengok Satpam sekolah yang telah memegang kunci, bersiap menutup gerbang. Ia mengecap lidah, "paman yakin Jeha belum pulang? Sekolah sudah mau ditutup sekarang."

"Saya sudah berdiri di sini sejak bel pulang belum berbunyi, Tuan."

Penjelasan Victor membuat kernyitan dalam di dahi Juna tercetak jelas. Ia memutuskan kembali memasuki sekolah. Setengah berlari menuju kelas Jeha walau ternyata ketika tiba di sana, ia tak menemukan siapapun kecuali tas dan buku-buku Jeha yang masih berantakan di meja.

Victor dari belakang menyusul. Gurat cemas seketika terpampang di wajahnya, pun dengan Juna yang kini memasang raut serius.

"Ponsel Tuan Muda tertinggal di dalam tas, Tuan." Victor melapor saat dirinya sudah mengecek barang-barang Jeha.

"Anak itu benar-benar!" Tangan Juna mengepal marah. Langkah kakinya dengan segera ia bawa kelua. Meninggalkan Victor yang kini sibuk merapikan alat tulis Jeha sembari berusaha menghubungi Tuan Besarnya. Hendak bertanya mungkin saja Jeha luput dari pengawasannya tadi sehingga anak itu sudah lebih dulu berada di mansion --atau yang biasa Jeha sebut sebagai rumah--

Jeha dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang