⚠ DISCLAIMER ⚠
- Fiksi, tidak ada sangkut pautnya penggambaran karakter tokoh dengan visualisasi
- Terdapat adegan kekerasan dan kata-kata kasar
- Foto cr; Pinterest.HAPPY READING, GUYS~
⭐⭐⭐
.
.
.
Di sebuah kota yang tak pernah tidur, terdapat sebuah bar yang dikenal dengan nama "Neon Nights". Di dalamnya, para pengunjung tergila-gila dalam irama musik elektronik yang menggetarkan, sambil menari di tengah lautan cahaya berkedip-kedip.Di sudut-sudut redup, para penjudi menempatkan taruhan mereka, fokus pada kartu-kartu yang terbuka di atas meja hijau yang terangkat. Suara dadu yang bergulingan menambah keseruan di atmosfer yang dipenuhi asap rokok.
Aroma campuran rokok dan minuman keras menyatu dengan riuh rendah tawa dan bisikan-bisikan rahasia.
Di balik bar, seorang bartender mahir dengan cekatan mencampurkan koktail eksotis, sementara penari-penari yang mengenakan pakaian berkilauan memikat mata penonton dengan gerakan-gerakan sensual.
Waktu berlalu dengan cepat, seolah-olah dunia di luar pintu-pintu Neon Nights tidak lagi berarti. Di tengah gemerlap dan kekacauan, cerita-cerita kehidupan terpenuhi dengan nuansa-nuansa terang dan gelap terukir di antara dinding-dinding bertua.
Tak ada yang tahu apa yang mungkin terjadi malam itu, tetapi satu hal pasti: mereka yang memasuki pintu-pintu kayu tua ini, takkan pernah sama lagi setelahnya.
Namun, hal ini berbeda bagi pemuda yang kini bergeming dengan tatapan menerawang. Ia tidak baru pertama kali menginjakkan kaki di tempat ini. Sejak kecil, Neon Nights adalah bagian dari hidupnya. Sang Ayah adalah orang yang membawanya ke dalam dunia gelap ini, membuatnya terperangkap dalam pusaran euforia kehinaan.
Pemuda itu telah lama menyaksikan pergantian hari dan malam di Neon Nights, mendengar kisah-kisah pelanggan yang mungkin hilang atau hanyut dalam aliran hingar bingar memekakkan, menjadi saksi bisu dari berbagai ekspresi manusia, dari kebahagiaan hingga keputusasaan.
Meskipun kehidupannya telah dicorongi oleh keputusan-keputusan yang mungkin takkan bisa dia kembalikan, Pemuda itu tetap ada di sana, berdiri teguh di antara sorotan neon yang menyilaukan.
"Hei!"
Pemuda itu berbalik, dengan cepat merubah ekspresi, kini memasang raut seramah mungkin.
"Bukankah bocah sepertimu seharusnya sudah tidur jam segini?"
"Aku sudah SMA loh sekarang," jawabnya penuh bangga membuat seorang pria paruh baya yang sudah setengah mabuk itu kontan tertawa.
"Hahaha oh ya? Di mana sekolahmu?"
"Em, sepertinya aku akan pindah ke SMA lain. Aku belum memutuskannya, jadi aku tidak bisa menjawab."
"Ini kan masih tahun awal kau masuk di SMA?"
"Em!"
"Dan kau sudah akan pindah sekolah?"
Pemuda itu memiringkan kepala, jadi mendesis bersiap menjawab. "Ada seseorang yang harus ku temui," katanya dengan serius.
"Hanya karena itu?" Remehnya.
Bibir pemuda itu reflek mencebik, melengkung ke bawah. "Ish, dia sangat penting bagiku," protesnya tak terima. Sedangkan pria tadi jadi mengerling menggoda, "ooooh, apakah seorang gadis, hm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeha dan Luka
Teen Fiction{Brothership, Family, Angst, Sad} Sejak awal, hidup Jeha jauh dari kata baik-baik saja. Terjerat dalam keserakahan para orang dewasa yang buta akan cinta. Terkukung dalam lingkar dunia malam yang tak berkesudahan. Ia telah kehilangan banyak hal. Jat...