Bab 14

3 1 0
                                    

Sebuah satelit mengorbit ribuan kilometer dari permukaan bumi. Pelan-pelan satelit itu berputar, kameranya mengarah pada bumi bagian selatan. Lensanya mampu memfokuskan cahaya dengan baik, sehingga memudahkan sensornya untuk memotret dengan resolusi tinggi, mencapai dua meter dalam satu piksel gambar. Beberapa kali kamera itu memotret Laut Tenggara. Wilayah ini sudah menjadi bagian spesial malam ini. Setelah dipotret, data foto lalu dipancarkan kembali ke bumi.

Data yang diterima kemudian berlanjut pada mesin pengubah sinyal elektrik, mengubah data berwujud elektron menjadi titik-titik piksel di depan layar. Tepat di depannya, seorang petugas mengamati foto yang bermunculan. Kurang lebih ada tiga belas foto yang harus diperiksa satu per satu. Sial baginya, karena foto yang baru saja diambil bukan foto biasa, melainkan citra termal dalam warna hitam putih. Bangunan yang aktif ditandai dengan citra putih, menandakan ada aktivitas panas di sana, sedangkan yang tidak aktif ditandai dengan citra hitam. Sudahlah, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Mengingat kondisi Laut Tenggara aman-aman saja, pikir si petugas sambil menyeruput teh kotak. Ia lalu mengumpulkan foto-foto digital itu menjadi satu dan mengirimkannya secara elektronik pada Divisi Analisis MSS di Beijing.

Data itupun bergerak melalui jaringan fiber optik nyaris mendekati kecepatan cahaya, menuju gerbang server milik MSS. Sampai di sana, sebuah program seleksi langsung aktif dan memindai data tersebut. Tugasnya adalah menyeleksi setiap data yang masuk, sekadar berjaga-jaga jika ada serangan siber. Setelah dikonfirmasi bahwa data ini memang diperuntukkan untuk MSS, barulah data itupun masuk ke dalam server. Di dalamnya, data foto tadi lalu diarahkan menuju kantor Divisi Analisis. Kemudian, komputer seorang analis pun aktif.

Ada apa ini? tanya sang analis di dalam hati. Ia pun langsung mengunduh data langsung ke dalam komputernya. Foto-foto bermunculan satu per satu di layar. Ia mengamatinya dengan teliti. Apa ini? Ia menemukan sesuatu. Sebuah foto kapal perang bermandikan cahaya infra merah, begitu pula dengan dermaga sekitarnya. Baiklah, jadi kapal ini berniat berlayar, mesinnya aktif semua. Hal itu membuat menggelitik pikiran analisisnya.

Kapal apa ini? Penasaran, ia memperbesar foto itu. Fotonya buram, tapi fitur kapal masih terlihat cukup jelas. Panjangnya 125 meter, lebarnya 7 hingga 8 meter. Kalau melihat dari meriam dan persenjataan, kapal ini merupakan kapal perusak, mungkin Kelas Constitution milik AL Singapura. Bisa jadi untuk pertukaran armada di Spratly, pikirnya. Singapura sudah cukup sering menggilir armada di sana. Jangan terlalu dipikirkan. Lagipula tugasnya kali ini hanyalah analisis foto belaka. Untuk urusan itu serahkan pada divisi internasional. Ia mengakhiri tugas malam itu dengan menekan tombol KIRIM pada komputer.

Data olahan itu lalu kembali berjalan melalui fiber optik. Satu bercabang menjadi dua, ujung yang satu mengarah pada gedung Zhongnanhai, satu lagi mengarah pada kota Yulin. Di Yulin, data itu langsug diserap oleh Divisi Analisis MSS di sana. Mereka sudah tidak asing lagi dengan penampilan foto itu, terutama Kolonel Hua Xiong. Pria tua itupun langsung mengkopi data itu ke dalam flash disk-nya.

Sudah tugas Kolonel Hua Xiong memang mengamati laut selatan. Terlebih lagi Laut Tenggara yang menjadi primadona malam ini. Satu per satu foto pun ditampilkan di layar dan ada satu menarik perhatiannya. Sebuah kapal di tepi dermaga, berpendar dengan cahaya infra merah. Boleh juga divisi analisis Tiongkok, mereka mampu mengidentifikasi kapal Kelas Constitution dengan akurat, hanya dari jumlah cahaya infra merah terpancar. Mereka membuat pekerjaannya jadi lebih mudah. Seribu kali lebih mudah.

"Hua? Bagaimana?" atasannya bertanya.

"Sebentar lagi selesai," angguk Hua sambil merapikan flash disk-nya. Kemudian ia segera menemuinya. "Katanya Singapura mengirimkan kapal perangnya ke Laut Tenggara."

"Mana buktinya?"

"Ini buktinya," kata Hua sambil menyerahkan foto pada sang atasan.

Ia mengamati foto itu. "Ini kapal perusak Constitution kan?"

Luka di Bawah OmbakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang