Bab 18

5 1 0
                                    

Foto dan pesan yang dikirim Perseus berubah menjadi data elektronik. Data itu merambat lewat jalinan kabel yang dimiliki PT Telkom Indonesia. Untuk mencegah penyadapan, MSS mengembangkan sistem berbasis burst, artinya data dijalankan dalam bentuk paket-paket kecil yang nyaris tak terdeteksi. Lalu paket-paket data itu nanti dikumpulkan kembali oleh agen lain di daratan utama. Inilah permainan mata-mata, selalu berevolusi mengikuti perkembangan zaman, tidak pernah statis, selalu dinamis. Dulu dengan tinta tak terlihat, sekarang dengan jalinan kabel fiber optik. Oleh karena itu, pesan dari Perseus bisa dilanjutkan dengan aman menuju jaringan internasional.

Jaringan internasional itu berwujud kabel fiber optik bawah laut, menghubungkan antara daratan utama dengan Indonesia. Segala macam perdagangan dilewati oleh kabel ini. Mulai dari yang legal sampai ilegal. Oleh karena itu, sistem berbasis burst digunakan MSS sehingga analis-analis badan intel asing kesulitan dalam menafsirkan datanya. Namun, setiap tahun pola burst harus diganti secara berkala, termasuk data dari Perseus.

Di daratan utama, data Perseus diterima oleh Tencent, perusahaan pengembang jaringan di Tiongkok. Di dalam servernya, pesan dari Perseus disatukan kembali. Setelah pesan dan foto itu utuh, barulah diteruskan menuju gedung MSS di Beijing. Pesan itu tepat diterima oleh Charlie Alpha, kode khusus untuk Divisi Analisis MSS. Orang yang menerima pesan itu langsung menganalisisnya.

Tanggal satu, artinya hari ini pesan dikirim Perseus dan diterima Divisi Analisis MSS. Si analis membuka pesan itu. Wow, benar-benar bagus kerja si Perseus kali ini. Foto-foto yang ditampilkan menunjukkan sebuah kapal perang. Si analis mengambil pulpen dan mencatat nomor lambungnya. Ia membandingkan nomornya dengan bank data. Hasilnya, nama kapal ini adalah RSS Surge, Kelas Constitution. Ada asap yang mengepul dari haluan kanan, atau lebih tepatnya buritan. Dari foto sudah bisa dipastikan Surge memiliki empat tabung noisemaker. Dua di kanan, dua di kiri. Satu terbakar di sebelah kanan. Malang sekali, semoga tidak ada korban jiwa, pikir si analis dengan penuh empati.

Di foto tak tampak kantung-kantung mayat yang keluar dari Surge. Sang analis pun bernafas lega ketika tak melihat korban jiwa. Sudah cukup perang sepuluh tahun yang lalu. Di foto juga tampak para awak berlarian ke sana kemari, bisa dipastikan mereka ditugaskan untuk membantu memadamkan api yang berkobar. Bukankah AL Singapura itu jagonya untuk urusan damage control? Sebagai mantan personil kapal perang, ia paham akan bahaya noisemaker. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Sudah menjadi penyebab kebakaran, merambat lagi ke dalam. Beruntung tidak jatuh korban jiwa. Namun, sudah pasti mereka harus merapat di Indonesia. Untungnya TNI AL punya tabung pengganti dan bisa memperbaikinya. Berapa lama perbaikannya? Si analis berpikir. Andaikan kerusakan yang terjadi seperti di gambar, si analis menghitung di dalam hati. Empat hingga enam hari, kalau tidak salah.

Si analis mulai mengetik laporan dan diserahkan pada Kepala Divisi Analis MSS, Zhang Wenli. Zhang Wenli meneliti ulang hasil analisis yang diberikan padanya. Puas dengan hasilnya, ia mengangguk dan segera pergi, meninggalkan si analis sendirian di ruangan.

Wenli kini sudah berada di dalam mobilnya setelah turun dari gedung. Ia bergerak menuju Zhongnanhai. Mobilnya berhenti di depan gerbang untuk diperiksa. Puas diperiksa, mobil pun masuk ke dalam kompleks dan berhenti di depan gedung modern. Ia lalu masuk ke dalam dan disambut oleh Jenderal Jingyi. Keduanya lalu masuk ke dalam lift dan memasuki ruang rapat.

"Wenli, makin repot ya?"

"Bukan repot lagi, melainkan pusing tujuh keliling," keluh Wenli dengan jujur.

"Bertahanlah, Wenli. Kita semua juga sama."

Wenli merespon dengan ketus, "Sama-sama gila."

"Hahaha! Omong-omong bagaimana dengan intel?"

Luka di Bawah OmbakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang