Genta Menghilang

26 5 2
                                    

Ody POV'

Tanpa terasa sudah dua Minggu sejak malam itu, dimana aku dan Genta bertemu di pasar malam. Sejak saat itu pula hubungan kami mulai dekat, tapi aku masih tidak bisa menebak isi hati Genta.

Kadang waktu pulang sekolah sesekali Genta bakal ngantar aku pulang. Dia bilang karena rumahku searah sama rumahnya, entahlah.

Selama waktu ini, aku juga mulai memahami kalau Genta sering merasa kesepian. Aku bisa lihat dari sorot matanya, hal ini juga yang terus membuatku bingung.

Genta itu semakin aku mengenalnya semakin juga aku tidak tahu dirinya. Bagian dirinya benar-benar tersembunyi.

Seperti hari ini, dia tiba-tiba saja menghilang tanpa ada kabar. Aku merasa bingung sekaligus khawatir, karena dia tidak biasa menghilang seperti ini. Kenapa aku sebut menghilang, karena dari semalam ia tidak bisa dihubungi, dia seolah menolak siapapun untuk mengganggunya.

“Ssst....Lo kenapa?” tanya Ella dengan berbisik.

Aku menggeleng, “Gak papa” jawabku dengan berbisik juga. Ella mengangguk walau ia terlihat tidak yakin.

Saat kami bertiga, aku, Ella dan Melia berjalan menuju kantin setelah istirahat, dari arah berlawanan terlihat Bian juga berjalan sendirian.

“Tunggu, gue pengen ngomong sesuatu sama lo” cegat Bian begitu kami berselisihan dengan dia. Kedua temanku terlihat terkejut tapi setelah aku memberikan isyarat supaya mereka bisa ke kantin duluan. Mereka akhirnya mengangguk dan berjalan meninggalkan aku dan Bian.

Kami duduk di kursi taman bersebelahan, tapi Bian belum juga membuka suara terkait ia yang katanya ingin bicara sama aku.

“Jadi....ada apa?” tanyaku memilih membuka suara.

“Lo suka sama Genta?” tebak Bian tanpa menatapku yang terkejut mendengar tebakannya yang berisi kebenaran.

“Kenapa Lo bilang gitu?” tanyaku ragu dan gugup.

“Gue cuma nebak” ia menatap wajahku dengan cermat seolah mencoba mencari isi kebenaran di mataku.

“Ternyata benar kan?”

Aku kembali terkejut, lelaki ini jauh lebih berbahaya, intuisinya begitu tajam.

“Lo cuma mau ngomongin hal ini? Kalo gitu mending gue pergi” ucapku dengan kesal, perasaanku seolah terpampang nyata dihadapan Bian.

“Lo bisa pergi kalo gak mau tau kenapa Genta hari ini tidak turun dan menghilang. Gue yakin Lo gak bisa ngehubungi Genta kan?” ia mengangkat alis dengan tenang.

Aku tertegun di tempat tidak jadi untuk beranjak pergi. Sialan banget ni orang, dia benar-benar membuatku tidak mampu untuk pergi.

Bian menatap lurus ke depan tidak lagi menatapku. “Tanggal 10 Februari. Setiap tahun ditanggal ini ia akan menghilang selama seharian penuh. Hal itu sudah terjadi sejak dua tahun lalu, tepatnya setelah kematian Kana, kakaknya”

Aku terhenyak tanpa mampu berkata-kata, ternyata ada hal sebesar itu yang terjadi dalam hidup Genta. Pasti dia saat ini sangat sedih, aku tak tau sesedih apa perasaan Genta.

“Gue masih gak tau, kenapa Lo malah mengatakan hal ini ke gue?”

“Karena gue tau Lo bisa bantu Genta. Gue percaya cinta Lo padanya bisa membantu menyembuhkan hatinya yang sudah luka itu” setelah mengatakan hal itu, Bian bangkit dan berjalan meninggalkanku sendirian.

“Genta, Lo sekarang di mana?” lirihku nyaris tanpa suara.

Rasanya aku tidak dapat menunggu jam pulang sekolah tiba. Rasa khawatirku mulai tidak terbendung, yang ada dipikiranku hanya dimana Genta?

I Love You, Genta!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang