Terbongkarnya Rahasia Emma

35 4 2
                                    

Ody POV'

Kadang kita gak pernah tahu kepada siapa kita akan jatuh cinta

Setelah kemarin yang rancu banget dan tidak mudah buat aku hadapi. Akhirnya hari ini aku kembali ke Ody yang biasanya, iya pada akhirnya kita gak bisa marah atau sedih terus. Lagian mau marah ke siapa?

"Ody"

Aku berbalik dan melihat Aula yang berlari ke arahku. Aku menutup mulut rapat-rapat menahan tawa melihat Aula yang rambutnya acak-acakan kaya abis di tiup angin topan.

"Yah lo malah ketawa, emang lucu" Aula merengut sembari membetulkan rambutnya.

"Habisnya sih lo aneh gitu mana rambut lo benar-benar di luar nurul"

"Gue bilangin nurul lo tau rasa" ancam Aula dengan nada main-main.

Aku mencibir, emang dia tau siapa nurul gak kan. Kami berjalan beriringan dengan kerandoman Aula yang gak ada habisnya membuatku jadi ikutan  aneh.

Kami berpisah di persimpangan dekat lab Biologi yang mana Aula ke arah kiri sedang aku ke arah kanan.

Aku memasuki ruang kelas dan tanpa sengaja melirik kursi Genta yang masih kosong. Tapi segera perhatianku teralihkan ke arah kedua temanku yang terlihat tegang. Atau harus ku katakan hanya Ella yang terlihat gelisah.

"Kenapa lo?" Senggolku pelan ke arah lengan Ella.

Ia menoleh dan menatapku lamat-lamat seolah dalam tatapannya itu ia sedang berbicara denganku. Entah hanya perasaanku aja atau memang ia menatapku dengan miris.

"Lo kenapa sih kok aneh banget"

Ia terlihat ingin mengatakan sesuatu tapi tidak jadi, raut mukanya menyimpan keengganan. Aku jadi bingung dengan apa yang terjadi sama Ella.

"Nahan berak lo El?" Tanya Melia dari belakang yang langsung di lempar Ella dengan bukunya.

"Jangan fitnah sembarangan" sungutnya yang membuatku tergelak sendiri. Memang semua teman-temanku tidak ada normalnya, tapi hal itu patut aku syukuri. Karena kadang saat ada ketegangan mereka lebih mudah mencairkan suasana.

"Btw, Genta gak turun ya?" Tanya Melia melirik ke arah kursi Genta yang kosong.

Aku mengangkat bahu, setelah kemarin kami berbicara sampai saat ini aku belum ada berbicara lagi dengan dia. Bahkan aku nggak ada membuka chatnya dari kemarin.

"Bukannya kalian dekat masa lo gak tau kemana Genta"

"Dekat bukan berarti gue emaknya dong, lagian masa dia harus lapor dulu sama gue kalo mau kemana-mana" ucapku sedikit ngegas.

"Santai atuh Ody, gue cuma nanya doang" kata Melia mencengir.

Aku terdiam, kalo dipikirin lagi memang sih kenapa aku harus marah sama Genta dan mengabaikan semua pesannya. Apa aku hanya terlalu takut kenyataan bakal menyakiti aku atau aku hanya merasa cemburu?

....

Kami semua diam dan menatap bolak-balik antara Ella dan Emma yang mana Ella menatap tajam Emma.

"Lo lagi main mata sama Emma atau apaan?" Tanya Nadira angkat suara.

Ella memutar mata malas dan melirik sinis Nadira. Lalu ia mengambil sesuatu dari bawah meja dan melemparkannya ke atas meja dengan suara keras.

Mataku menelisik menatap barang yang dilemparkan Ella, keningku semakin mengernyit bingung melihat sebuah notebook berwarna peach itu.

"Apaan nih?" Tanya Nadira memajukan tubuhnya untuk menatap dari dekat.

"Punya lo kan Em?"

"Kenapa bisa ada di elo?" Emma menatap heran Ella.

I Love You, Genta!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang