Cemburu Tanpa Sadar

34 5 1
                                    

Ody POV'

Aku berjalan dengan perlahan memasuki lingkungan sekolah. SMA Orion merupakan salah satu SMA favorit yang fasilitasnya sangat lengkap, tentunya biaya untuk sekolah di sini juga bukan kaleng-kaleng. Tapi beberapa siswa juga ada yang mendapatkan beasiswa karena prestasinya yang banyak. Tenang saja di sekolah ini tidak ada pembullyan, karena tim kedisiplinan dan OSIS saling bekerja sama mencegah terjadinya hal itu.

Puk!

Aku berjingkat kaget dan berbalik dengan panik, kalo lagi melamun aku memang mudah sekali kaget.

“Oh Tuhan! Gue kira siapa” aku mengelus dada dengan pelan begitu melihat Genta yang berdiri didepanku dengan tawa kecilnya.

“Makanya kalo jalan jangan melamun” peringat Genta terlihat kekehannya masih terdengar. Aku mendengus kesal menatap Genta dengan pipi menggelembung, dia gak tau apa aku selalu rentan kali di kagetin.

“Yah marah, aduh gue minta maaf deh” Genta terlihat panik dan menggaruk kepala belakangnya. Hampir saja aku gagal menahan senyum melihat dia yang seperti ini.

“Janji jangan ngulangi lagi” aku mengangkat jari kelingking ke udara dan memberi isyarat padanya agar melakukan janji kelingking.

Genta kembali terkekeh geli menatapku dengan lesung pipinya yang menjadikan Genta lebih manis. Akhirnya ia juga mengangkat jari kelingkingnya dan melakukan janji kelingking dengan ku.

“Iya janji”

Aku melepaskan jari kelingking kami. Aku menatapnya ingin menanyakan sesuatu tapi agak ragu. Akhirnya aku memilih mengurungkan pertanyaanku ini karena takut kalau hal ini mengganggu privasi dia.

Aku merasakan tangan Genta mengelus kepalaku membuatku membulatkan mata terkejut. Rona merah mulai muncul di pipiku, ini sudah kedua kali Genta mengelus kepalaku.

“Terima kasih, Melody” ucapnya dengan tatapan dalam dan penuh makna, seolah perkataannya mewakili banyak hal.

“Buat apa?” tanyaku bingung.

Genta menurunkan tangannya dari kepalaku dan menarik nafas ringan.

“Semuanya, buat Lo yang nemenin gue dan mau menjadi tempat gue bersandar, bahkan disaat paling berat dan mungkin di mata Lo memalukan”

Aku langsung menutup mulut Genta dengan tanganku dan menggeleng agar ia tidak meneruskan perkataannya.

“Gak ada yang bilang hal itu memalukan, Genta. Manusia baru disebut manusia saat dia tau bagaimana rasanya bahagia, menangis, tertawa, sedih  serta perasaan lainnya. Sedih itu manusiawi dan Lo punya hak untuk itu, sekalipun Lo seorang lelaki” aku berhenti sejenak dan menatap dalam Genta.

“Tapi ada kalanya Lo butuh seseorang untuk bercerita, hanya sekedar meringankan beban Lo. Karena gak semuanya harus ditanggung sendiri, diri itu memiliki batasan” sambungku berusaha membuat Genta mengerti kalau rasa sakitnya tidak perlu di pendam sendiri.

Genta mengangguk dan tersenyum lebar ke arahku, begitu juga aku membalasnya dengan senyuman. Setidaknya aku tau Genta sudah tidak sesedih kemarin.

Kami berjalan beriringan dengan sesekali Genta melontarkan lawakannya yang receh. Ia sudah menjadi seperti Genta yang kukenal biasanya.

‘Genta....Genta entah berapa banyak lagi topeng yang Lo pakai dan semakin gue kenal sama Lo, semakin gue nggak mengenal diri Lo yang sebenarnya’ gumamku dalam hati.

Kami berpisah dan menuju tempat duduk masing-masing setelah masuk ke dalam kelas. Aku melihat Ella dan Melia yang sedang berbisik-bisik berdua.

“Hoi! Pagi-pagi udah pada gosip aja” ucapku menepuk bahu Melia dan Ella.

I Love You, Genta!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang