Truth Or Dare

24 4 5
                                    

Ody POV

Malam ini sang bulan dengan malu-malu merangkak di teater langit yang penuh gemintang. Hawa dingin yang merayapi kuliahku seakan tidak terasa sama sekali. Melihat keindahan yang tiada banding di langit cerah tanpa polusi ini.

"Sendiri?"

"Tadi. Sekarang enggak, kan ada kamu" ucapku sambil tersenyum kecil.

"Iya juga ya" ia terkekeh.

"Aku dari tadi cari kamu, ternyata ada di sini"

Memang sedari tadi aku duduk di posisi agak jauh dari kerumunan teman-teman. Mereka asyik mengadakan barbeque dan bersenda gurau. Tapi aku hanya ingin menyaksikan pemandangan ini dengan hening walau sebentar.

"Kayanya kamu suka banget langit malam. Kenapa?" Tanya Genta memperbaiki cara duduknya dan berselonjor kaki bersisian denganku.

"Kenapa ya, aku juga enggak tau sih. Sejak dulu aku suka aja ngeliat langit malam yang penuh bintang dan bulan dengan latar langit gelap"

Kata orang kan menyukai sesuatu itu tak butuh alasan dan kadang tidak memiliki alasan. Suka ya suka. Perasaan yang datang begitu saja, bahkan aku lupa sejak kapan aku menyukai langit malam dan bintangnya yang seakan menyajikan tarian gemintang.

Hening menyelimuti kami, seakan memiliki pemahaman dalam diam. Kami hanya ingin menikmati suasana ini dengan di temani sunyinya malam dan angin laut yang menerpa wajah.

"Woyy lo berdua jangan mojok aja, hati-hati ketiganya setan!" Teriak Nadira dengan kencang.

Aku menoleh dan memberikan isyarat tangan kepada Nadira. Tu cewe emang perusak suasana aja. Tapi akhirnya aku berdiri sembari menepuk-nepuk belakangku membersihkan pasir yang menempel.

Begitu juga Genta yang mengikutiku. Kami beranjak meninggalkan tempat penuh ketenangan ini. Mungkin dapat ku pertimbangkan nanti untuk ke sini lagi. Soalnya tempatnya bagus dan langit di sini sangat bersih.

Sorak dari teman-temanku terdengar ketika kami bergabung dengan mereka. Aku ingin sekali menutup mulut mereka satu-persatu, apa mereka tidak tahu kalau aku begitu malu saat ini. Tapi Genta terlihat santai sembari merangkul bahuku dan duduk bersebelahan, ia hanya sesekali tersenyum tipis. Sontak saja hal itu semakin membuat yang lain heboh.

"Gimana kalo kita main truth or dare?" Usul Ella.

"Yang jujur atau tantangan itu?" Tanya Aula mengerutkan kening.

"Hooh"

"Ayo! Pokoknya semua harus ikut. Yang gak ikut harus ntraktir kita makan semingguan!" Seru Nadira terlihat bersemangat sekali.

Jelas saja dia itu kan paling suka memberikan tantangan yang aneh buat orang. Jujur selama aku mengenal Nadira, dia itu hiperaktif banget orangnya. Aku jadi bertanya-tanya bagaimana pacar masa depannya menghadapi ke aktifan  Nadira. Tanpa sadari aku mulai terkekeh pelan.

"Kenapa?" Tanya Genta berbisik di telingaku.

Hembusan nafas lelaki di sebelahku menerpa lembut dan seakan membelai telingaku. Hal itu sukses membuatku bergidik.

"Gak ada, cuma mikir sesuatu yang lucu aja" jawabku dengan suara pelan yang hanya bisa di dengar oleh kami berdua.

Mereka menggunakan botol untuk menunjuk siapa yang kena. Di putaran pertama ternyata Aula yang kena.

"Truth or dare?" Tanya Melia kepada Aula.

Aula terlihat tersenyum pasrah, "Truth aja deh"

"Hoho, gue aja yang nanya!" Seru Nadira menyerobot. "Ada yang pernah nembak lo gak waktu lo pacaran sama Gerald?"

I Love You, Genta!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang