Beri judul sendiri deh

27 4 7
                                    

Ody POV

Aku mengerjap-ngerjapkan mata berusaha menyesuaikan dengan cahaya yang masuk ke retinaku. Sinar hangat perlahan menerpa wajahku, mungkin saja salah satu dari penghuni kamar ini menyibak gorden.

"Ayo bangun semua! Dah pagi. Ody! Ella! Ayo bangun" teriak Melia membuatku refleks mengambil bantal dan menyumpal telingaku. Sungguh saat ini mataku berat sekali rasanya ingin kembali tidur dan enggan berpisah dengan kasur.

Tapi sebuah tarikan yang membuat bantalku terlepas membuatku memaksakan diri untuk membuka mata. "Hoamm masih pagi Melia, biarin gue tidur dulu ya" ucapku dengan mata sesekali tertutup.

"Oh masih pagi, padahal cowo lo udah nunggu dari tadi loh"

Ucapan Melia bagaikan guntur menggelegar membuatku langsung bangun dan mataku terbuka sempurna.

"Apa?!"

"Gue kasihan sih liatnya udah di tungguin orangnya malah molor" Melia menggeleng-gelengkan kepala dengan raut seolah kasihan membuatku kian membulatkan mata.

Dengan gesit aku bangkit dan berlari dengan gerakan super cepat menuju kamar mandi. Hingga Ella yang hampir memegang knop pintu kamar mandi saja aku dorong. Ayolah image-ku sedang dipertaruhkan ini.

"Sorry El! Gue duluan, lo masih bisa nunggu gue gak bisa" teriakku begitu menutup pintu mengabaikan  ekspresi Ella yang kesal.

"Awas lo Ody!" Balas Ella teriak tapi tak kuhirukan.

Aku mandi dengan kecepatan kilat, yang penting bersih dan kembali harum. Cukup sikat gigi dan mandi, habis itu memakai baju dengan kilat juga.

Setelah selesai ritual singkat di kamar mandi, aku keluar dan dengan cepat Ella memasuki kamar mandi dengan ekspresi masamnya.

"Habis ini jangan ada yang make kamar mandi, giliran gue!" Serunya kemudian menutup pintu dengan keras.

Aku mengelus dada, untung sahabat. Setelah mengaplikasikan bedak ringan dan memoles bibirku dengan lip balm agar tidak terlalu kering. Aku bergegas mengambil tas kecil dan bersiap keluar dari kamar.

"Melia gue keluar dulu yak"

"Hm sana cepat cowo lo nungguin lama dah itu" ucap Melia menyuruhku cepat keluar.

Di luar netraku segera saja bersitrobokan dengan netra hitam milik Genta. Ia mengulas senyum tipis melihatku menghampirinya.

"Pasti lo nunggu lama ya" ucapku sembari membalas senyumnya dengan perasaan tidak enak.

"Santai aja, lagian gue paham kok"

"Gue mau ngajak lo ke suatu tempat" ucapnya membuatku jadi bertanya-tanya.

"Kemana?"

Ia tidak menjawab, tapi tangannya meraih tanganku dan menggenggamnya erat. Aku juga bisa merasakan ia merapatkan genggaman dengan menakutkan jemari kami.

Tanpa dikomandoi pipiku memerah, entah mengapa perlakuan kecil seperti itu selalu sukses membuatku kembali jatuh cinta lagi kepadanya. Berkali-kali.

Genta tampil dengan fresh dimana kali ini ia memakai celana selutut dengan kaos lengan pendek seperti biasa tetapi berwarna putih. Rambutnya yang hampir tidak pernah rapi dan dibiarkan tergeletak di kepalanya.

Dia membawaku ke sebuah tempat dimana banyak orang berjualan aksesoris khas. Masih diwilayah pantai tetapi agak jauh sedikit sih. Kami berjalan mengitari tempat ini dengan bergandengan tangan.

"Lihat deh, lucu banget Kan" ucapku ketika melihat stand penjual gelang dari kerang yang lucu. Aku menarik Genta mendekat.

"Pak yang ini satu ya" ucap Genta membuatku terheran.

I Love You, Genta!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang