Masak Bareng Genta

47 6 3
                                    

“Ody, itu ada teman kamu dibawah. Turun gih kasian udah lama nunggu” ucap Mama dibalik pintu kamarku.

Aku dengan cepat membuka pintu kamar dan menatap bingung ke arah Mama. “Teman?”

“Iya, cakep loh. Katanya kalian ada tugas ya” ucap Mama lagi.

Mataku membulat ketika mengingat hari ini adalah hari Minggu dan bukannya Genta katanya bakal ke rumah. Aku langsung saja kelabakan, mana Genta sudah ada di bawah lagi.

“Aduh Ody lupa mah, bisa minta tolong bilangin buat nunggu bentar, Ody mau ganti baju dulu” ucapku meringis.

“Iya, udah sana ganti baju” Mama mendorongku masuk ke dalam kamar.

Sekarang aku yang kebingungan, harus memakai baju apa tepatnya. Yang tidak terlalu mencolok tapi tetap menawan. Tidak mungkin kan aku pakai baju asal ketika bertemu dengan Genta.

Akhirnya pilihanku jatuh kepada baju terusan dibawah lutut dan setengah lengan berwarna kalem. Aku keluar dari kamar dan menuju ruang tamu. Dari jauh aku sudah terpesona dengan sosok Genta. Dia memakai kaos hitam lengan pendek yang membuat dia semakin menawan. Terlebih kulitnya yang putih menjadikan kontras dengan bajunya.

“Genta” panggilku membuat ia menoleh kepadaku.

“Eh Ody. Sorry karena tugas hari libur Lo jadi keganggu” ucapnya meringis pelan.

“Santai aja lagian gue kalo libur cuma rebahan aja” ucapku mencengir.

“Ini gue udah beli sesuai yang lo bilang, cek dulu gih kalo aja ada yang kurang” Genta menunjuk kresek di sampingnya.

Aku mengambil dan memeriksanya, setelah tidak menemukan yang kurang aku mengangguk.

“Yaudah ayo mulai aja, ikutin gue” ucapku membawa satu kantong kresek dan yang lainnya dibawa Genta. Kami berdua menuju dapur dimana tempat itu akan kami jadikan tempat mengerjakan tugas memasak.

“Kameranya gue taroh disini aja ya” ucap Genta menaruh kameranya di meja makan yang kebetulan dekat dengan meja dapur.

“Iya taruh aja disitu”

“Oke siap, terus kita ngapain lagi nih?” ucap Genta menatap tanyaku.

“Sebelum memasak, pakai dulu apronnya” aku memberikan sebuah apron pada Genta. Tetapi aku mendapati tatapan bingung lelaki itu yang cukup menggemaskan.

“Gue gak tau gimana masangnya” ujar Genta menggaruk kepalanya dengan kikuk.

Aku terkekeh mendengarnya, cukup maklum karena kadang anak lelaki jarang berada di dapur apalagi masak. Setelah memasang apronku sendiri aku mendekatinya.

“Bagian ini dimasukkan ke kepala terus tali yang lain diikat di belakang seperti ini” aku memperagakan tetapi ia tetap bingung. Akhirnya aku memutuskan untuk membantunya memasang apron itu.

“Sini gue pasangin deh”

Aku mengambil apron dari tangan Genta dan mengalungkan ke leher Genta. Tanganku bergetar dibuatnya apalagi saat mengikat tali di pinggang Genta. Aku berusaha sekuat tenaga menahan degupan jantung agar tidak diketahui Genta. Aku yakin mukaku sudah sangat merah.

Rasanya waktu berjalan lambat ketika itu, setelah selesai memasangkan apron aku bergegas menjauh dari Genta. Entah kenapa suasananya jadi canggung seperti ini.

“Setelah ini kita ngapain?” tanya Genta memecah kesunyian dan kecanggungan ini.

“Em, Genta tolong panasin coklat batang ini dan campur dengan mentega, sampai melelah ya” ucapku menunjuk coklat batang dan mentega.

I Love You, Genta!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang