Cerita dibalik Rahasia

27 6 6
                                    

Genta POV'

Aku memasuki rumah besar yang sangat sunyi ini. Mataku mengedar ke segala arah dan hanya menemui keheningan. Mungkin saja Mama dan Papa masih sibuk dengan pekerjaannya seperti biasanya.

Menaiki tangga dengan gerakan cepat, rasanya aku sangat tidak suka berada di dalam kesunyian yang dingin ini. Tetapi mataku tanpa sengaja terhenti di depan sebuah kamar dengan pintu kayu berwarna coklat di depanku.

Mataku melemah dan terpaku menatap pintu itu, tanpa sadar tanganku mulai menarik kenop pintu berusaha untuk membukanya. Seolah tubuhku diperintah membuatku masuk ke dalam kamar itu.

Aku menghirup nafas dalam-dalam begitu merasakan bau yang sangat akrab walau sudah lama sekali. Aku berjalan menuju kasur dan duduk di atasnya. Menatap sekeliling yang masih sama tanpa ada yang berubah sedikitpun.

Mataku tertutup kembali dalam ingatan masa itu, masa yang sangat membahagian bagiku dan sekaligus menyedihkan. Sang pemilik kamar ini telah pergi sangat jauh hingga meninggalkan aku sendiri bahkan aku tak sanggup untuk mengejarnya.

Di atas meja terlihat sebuah figura foto berisi foto seorang remaja lelaki yang tersenyum ke arah kamera sembari merangkul seorang lelaki lainnya yang lebih pendek dari dirinya. Aku meraih foto itu dan terpaku menatapnya.

“Lo pasti gak nyangka kalo gue ketemu sama gadis kesayangan lo, bang” ucapku seraya menatap foto lelaki itu seolah dia mendengar ucapanku.

“Iya bener, gue ketemu sama Ody. Gadis yang dulu jadi salah satu semangat hidup Lo, bahkan kadang gue iri karena Lo lebih sering ceritain dia ke gue. Apa-apa selalu Ody, sampai gue ketemu sama Ody. Dan Lo tau gak bang apa yang paling lucu? Ternyata gue udah dua tahun sekelas sama Ody dan hebatnya gue taunya baru-baru ini aja” aku terkekeh sendiri mengingat bagian absurd ini. Ah andai aja masih ada Kana pasti lebih menyenangkan dan aku gak akan sendiri lalu rumah gak akan sesepi dan sedingin sekarang.

Aku berbaring di atas kasur dengan mata memandang ke langit-langit kamar Kana yang bertabur bintang. Memang dia selalu suka bintang dan langit malam, bahkan aku pernah di tariknya untuk menemaninya rebahan di taman belakang dengan atap bertabur bintang.

Tanpa sadar ingatanku melayang ke beberapa tahun yang lalu.

Saat itu kami berada di rumah sakit karena penyakit Kana kambuh lagi dan harus di rawat inap.

Tapi memang dasarnya Kana yang tidak tahan berada di dalam ruangan lengkap apalagi di ruang inap rumah sakit. Dia bilang pengen keluar cari udara dan memintaku untuk mendorong kursi rodanya ke luar. Satu hal lagi yang tidak disukai Kana, ia tidak suka sendirian.

“Lo liat bunga mawar di sana Vio?” ia menunjuk bunga mawar yang tumbuh subur di taman rumah sakit.

“Ody suka sama bunga mawar” lanjutnya lagi.

Aku mengernyit, “Padahal kan bunga mawar memiliki duri, banyak perempuan yang katanya gak suka mawar karena ia memiliki duri di tangkainya”

Kana terkekeh tetapi matanya tak lepas dari mawar itu. “Memang berdur. Tapi disitulah bedanya Ody, dia selalu mengagumi mawar karena ia cantik dan indah tapi tidak ada tangan jahat yang sembarangan menyentuhnya karena durinya itu. Dia bilang duri itu bukan kekurangan mawar, justru itulah keistimewaannya”

“Aneh banget sih Ody itu bang” celetukku.

“Lo hanya belum mengenal Ody, Vio. Suatu saat kalo Lo ketemu sama Ody terus mengenalnya dengan baik, Lo akan tau seberapa istimewa dirinya” ucap Kana dengan tenang.

“Ngomong-ngomong dia juga suka kupu-kupu” ucap Kana lagi seolah tidak bosan untuk menceritakan tentang Ody kepadaku. Kadang aku berpikir apa yang ada di kepala abangku ini sebenarnya, apa di sana hanya ada Ody dan dunianya?

I Love You, Genta!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang