Cuma Cinta Sepihak

40 6 16
                                    

Author POV'

“Wihh Genta ngeri boss, udah punya cewe aja dia” celetuk Vrega begitu tiba di dalam ruang musik.

Genta mendengus mendengar perkataan Vrega, “Fitnah”

“Lah terus siapa yang ada di foto yang Lo post kemarin?” tanya Vrega dengan kening terangkat.

“Cuma teman” jawab Genta singkat.

“Jangan mainin cewe Ta” Bian memperingatkan Genta. “Gue tau cewe itu Ody kan”

Genta tampak terkejut ketika Bian menebak siapa perempuan yang memegang kue kemarin. Ia segera berkilah.

“Gak ada maksud apa-apa perihal gue mempost foto kemarin, lagian kami cuma teman sekelas dan waktu itu lagi mengerjakan tugas”

“Lo suka sama tuh cewe?” tanya Tama akhirnya membuka suara.

Genta menoleh melirik Tama, “Suka? Gue yakin gue gak ada perasaan suka sama Ody” ucap Genta.

“Terus kenapa Lo beberapa waktu ini kelihatan dekat sama Ody itu?” tanya Bian merasa jawaban Genta belum memuaskan.

Tanpa mereka sadari tepat di luar ruangan ada seorang perempuan yang termenung sembari memegang sebuah kotak bekal. Ia termundur dengan kaku dan menjauh dari sana dengan cepat.

“Gue agak tertarik sama dia, apa sih keistimewaan cewe yang sangat disukai Kana” ucap Genta dengan suara lirih diakhir perkataannya.

“Maksud Lo? Cewe itu yang pernah Lo ceritain?” ucap Vrega dengan kaget medengar kenyataan itu. Genta mengangguk mengiyakan.

Bian mengerutkan keningnya dalam serta Tama yang sempat berubah ekspresinya tetapi kembali datar.

“Terus sekarang Lo mau gimana?” tanya Bian.

“Sekarang gue tau apa yang membuat Kana menyukainya dan gue gak menjamin kalo suatu saat gue juga bakal jatuh cinta dengan Ody” ucap Genta dengan yakin dan tegas.

Perkataannya membuat teman-temannya sekali lagi terkejut.

“Parah sih Lo bro, tapi awas Lo kalo main-main sama cewe. Kita sama-sama punya prinsip untuk tidak mempermainkan perasaan cewe. Senakal apa pun kita” ucap Vrega kembali mengingatkan Genta.

“Tenang aja, sekali Genta menyukai seseorang ia tidak akan main-main dengan perasaannya” ucap Genta menyakinkan.

....

POV' Ody

Aku termenung di sebuah kursi taman sekolah yang sedang sepi. Perkataan Genta yang aku dengar tadi sudah cukup untuk menyadarkanku dari fantasi itu.

Harusnya aku sudah tau kalau dia tidak menyukaiku tapi kenapa sesakit ini ketika mendengarnya langsung. Mungkin karena perlakuannya beberapa hari ini membuatku mulai berharap lebih.

“Bodoh bodoh Lo Ody! Bukannya dari awal Lo udah tau akhirnya akan kaya gini, terus buat apa air mata lo” aku bergumam lirih dan mengusap kasar air mata yang tanpa aku komando jatuh begitu saja.

Ini memang salahku, andai saja aku tidak begitu berharap maka rasa sakit ini tidak akan separah ini bukan. Andai aja semua masih seperti dulu, kami masih menjadi orang asing maka tidak akan seperti ini akhirnya kan.

Aku menarik nafas dalam-dalam, sudah saatnya berhenti. Aku hanya mencintai Genta tapi tidak memiliki keinginan melukai hatiku sendiri. Saatnya memperjelas semua.

Aku menuju wastafel yang tidak jauh dari tempatku duduk. Membasuh wajah yang kusut untuk sedikit menyegarkan.

....

I Love You, Genta!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang