Hilang dalam Diam

27 4 2
                                    

Setelah kencan romantis beberapa hari yang lalu, Genta kembali sulit di hubungi bahkan ia nyaris menghilang. Aku tidak tahu seberapa berat masalah yang dia hadapi hingga dia seolah bersembunyi dari dunia.

"Kenapa lagi? Genta sulit dihubungi lagi?"

Aku mengangkat kepala dari atas meja dan melirik Aula yang bertanya dengan heran.

"Mungkin dia lagi ada urusan, udah positif thinking aja" ucap Melia menepuk bahuku.

"Hm mungkin. Tapi gue khawatir sama dia" ucapku dengan nada lirih.

"Emangnya dia gak ada bilang lagi ngelakuin apa?" Tanya Emma mengangkat sebelah alisnya.

Aku memejamkan mata seraya meraup rambutku ke belakang. Apa masalah keluarganya membuat ia jadi menghilang seperti ini ya? Andai aku bisa meringankan sedikit saja bebannya pasti akan kulakukan. Tapi aku sendiri tidak tahu kabar lelaki itu.

"Rumahnya udah lo datangin?" Tanya Aula.

"Udah. Tapi dia gak ada di sana dan rumahnya kosong"

Benar aku sempat ke rumahnya dan mendapati hanya ada beberapa asisten rumah tangga. Bahkan Papanya tidak ada di sana.

"Permisi. Bisa gue pinjem Ody dulu sebentar"

Aku berbalik diikuti temanku yang lain dan melihat Bian yang datang dengan wajah seriusnya. Aku mengerutkan kening, kenapa dia mencariku. Apa ada berita mengenai Genta?

"Ada apa?"

"Gue gak tau apa masih sempat sekarang atau sudah terlambat mengatakan hal ini ke lo" ucapnya membuatku penasaran.

"Mengatakan apa sih, apa yang terlambat?"

"Gue gak sengaja denger omongan kepala sekolah kalo Genta sudah dipindahkan dari sekolah ini-"

"Apa maksud lo pindah?! Bukannya dia baik-baik aja kenapa harus pindah sekolah?!" Tanyaku dengan panik bahkan tanpa membiarkan Bian menyelesaikan perkataanya.

"Dengerin dulu sampai gue selesai, masalah kenapa dia pindah gue sendiri gak tau soalnya dia bahkan gak bilang ke kami. Tapi yang lebih penting adalah dia bakal pergi ke luar negeri hari ini tepat jam 11 siang nanti" ucap Bian menyelesaikan ucapannya dengan ekspresi menyesal.

Aku tertegun seakan ada batu yang terlempar ke otakku. Mengapa? Tiba-tiba dia pergi bahkan tanpa berbicara sedikitpun kepadaku. Apa aku tidak ada di hatinya?

"Melody lo bisa susul Genta ke bandara, sekarang masih sempat. Jangan sampai menyesal" ucap Bian mengguncang bahuku yang tenggelam dalam lamunan.

"Iya Dy cepat pergi masalah izin kami bisa mengurus di sini" ucap Melia mendorongku untuk pergi.

Tanpa berpikir panjang lagi aku berlari menuju pagar dan dibantu yang lainnya akhirnya di izinkan untuk keluar. Dengan cemas aku menyetop taksi dan menyuruh sopirnya melaju dengan cepat ke bandara.

"Bisa lebih cepat pak" pintaku setengah memohon pada supir.

"Baik non"

Genta kamu kenapa sih? Aku bingung sekaligus tidak percaya. Apa yang dipikirkannya saat pergi tanpa mengatakan apapun padaku. Apa dia tidak tahu betapa bingung dan hancurnya aku ketika dia pergi begitu saja.

Aku meremas rambutku dan menghapus kasar air mataku. Bukan saatnya menangis tapi air mataku tak bisa berhenti mengalir.

"Kenapa pak?" Tanyaku kepada supir taksi ketika mobil berhenti dan tidak berjalan.

"Gak tau non, bentar saya cek dulu" ucap bapaknya seraya keluar dan terlihat membuka kap mobil depan. Setelah menggeleng beberapa kali, aku melihatnya berjalan kembali ke arah kursi penumpang

I Love You, Genta!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang