Tidak Menyangka (part 2)

28 4 7
                                    

“Lo suka sama Ody?”

“Apa urusan Lo?” tanya Genta mengangkat alisnya.

“Gue cuma berharap Lo gak mainin perasaan Ody, kalo Lo cuma main-main sama dia tolong jangan kasih dia harapan”

“Apa di mata Lo, gue cowo seperti itu?” tanya Genta pada Emma.

Emma terdiam, dia tau Genta tidak pernah main-main dengan perasaannya. Dia saja yang terlalu bodoh waktu itu dan dia juga sudah menghianati sahabatnya. Dia memang perempuan jahat, mungkin kalo di novel dia akan jadi antagonis yang menusuk dari belakang.

Tapi dia juga tidak bisa mengabaikan perasaannya, bukannya cinta tidak mengenal kapan dan siapa dia akan jatuh. Emma sudah lama berberperang dengan hatinya tapi perasaanya ternyata yang menang. Hingga ia nekat menjalin hubungan diam-diam dengan Genta.

“Gue bisa lega kalo gitu” ucap Emma menghela nafas pelan.

“Udah?” tanya Genta dengan ketidakpedulian dimatanya.

“Makasih. Buat semua kenangannya dan semoga kita bisa mulai berdamai dengan semua ini” ucap Emma dengan harapan dibenaknya. Saat ini ia hanya ingin menebus kesalahannya.

Genta hanya diam dengan raut datar tanpa menatap Emma ia berjalan kembali. Seolah dia tidak peduli dengan apa yang dikatakan Emma.

Tanpa mereka berdua sadari, dari balik dinding ada seorang perempuan yang mematung dengan ekspresi kaku. Dia seolah menolak percaya dengan apa yang dia dengar dan lihat.

Dia bukan orang bodoh yang tidak mengerti apa maksud dari percakapan mereka berdua. Tapi mengapa? Bukankah Emma sahabatnya? Lalu kenapa dia bisa berbuat hal seperti itu?

’Lalu apa ini kesalahan gue karena menyukai orang yang disukai sahabat gue juga’ pikir Ody sembari bersandar di dinding. Kepalanya serasa penuh dengan banyak praduga yang menguasai.

Ia bahkan tidak menyadari sosok Emma dan Genta sudah menghilang dari pandangannya. ‘Apa Emma pacar Genta yang waktu itu ya?’ gumamnya dalam pikirannya.

....

Ody POV'

Setelah mengetahui kenyataan besar itu, aku hendak bertindak biasa-biasa saja tapi ternyata itu bukan hal yang mudah. Pikiranku seolah tidak pada tempatnya, apalagi saat bertatap muka dengan Emma, rasanya ada sebuah kecanggungan besar.

“Lo kenapa sih kaya orang linglung?” tanya Aula menatapku dengan penuh tanya.

Aku tersentak laku menggeleng, “Gak ada kok”

“Jangan bohong, Ody. Lo kira gue gak tau saat-saat Lo marah, sedih, bahagia, kecewa bahkan takut. Lalu saat ini Lo lagi kebingungan kaya orang linglung” celetuk Aula membuatku tidak bisa berkutik.

Memang Aula kalo membaca suasana hati orang dia memang yang paling hebat, di samping sifat anehnya yang kadang muncul.

“Oh berahasiaan sekarang” sinis Ella.

“Hooh Ella gak usah di bawa, nanti keberatan” ucap Nadira dengan cekikikan.

“Kurang ajar!” sentak Ella menyikut Nadira.

“Gue cuma....cuma belum siap buat cerita” ucapku dengan nada tidak berdaya. Sebelum memastikan kebenaran dari apa yang aku dengar.

Melia menghela nafas, "Yaudah gak pa pa kalo lo belum siap, tapi kalo ada apa-apa cerita jangan pendem sendiri"

Aku mengangguk dan memberikan senyuman untuk mengatakan kalau aku baik-baik saja.

...

"Hai" sapa Genta duduk di sampingku.

I Love You, Genta!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang