Berjalan Bersama Genta

52 7 14
                                    

Melody

Walaupun masih terasa sakit dan agak bengkak, tapi aku memutuskan tetap turun ke sekolah. Selain masih bisa berdiri dan berjalan tidak seperti malam tadi, kalau tidak sekolah juga aku kehilangan kesempatan untuk bertemu Genta.

Kini aku sudah berada di depan gerbang sekolah ingin turun dari mobil. Dengan perlahan tentunya, walau bengkaknya sudah mereda tapi nyerinya masih ada sedikit. Tapi sebelum aku masuk ke dalam lingkungan sekolah, ada seorang lelaki yang memanggilku.

“Ody! Tunggu dulu sebentar, gue mau ngomong” panggil seorang lelaki dengan seragam berbeda dari seragam sekolahku tetapi tertutupi jaketnya.

“Apaan?” tanyaku mengernyit.

Lelaki itu menggaruk kepalanya bimbang terlihat kesulitan untuk berbicara. “Gue boleh minta tolong gak?” tanyanya.

“Jangan bilang Lo lagi ada masalah sama Aula?” tanyaku dengan mata menyipit ke arahnya.

Lelaki itu terlihat salah tingkah, aku menghela nafas, kejadian seperti ini bukan kali pertama lagi. Entah sudah berapa kali terjadi, mereka kadang bertengkar tapi berbaikan lagi dan aku beserta teman-temanku yang lain bakal jadi perantaranya.

“Masalah apa lagi sih Gerald? Perasaan belum genap dua Minggu kalian berantem terus berantem lagi?”

“Biasa lah namanya juga hubungan” ucapnya dengan senyum canggung dan menggarum kepalanya.

“Yaudah terus Lo mau minta bantuan apa?”

“Nih, kasih sama Aula. Bilang aja Gerald nunggu dia di tempat biasa” aku menerima sebuah kotak berukuran sedang yang berhias dari tangan Gerald.

“Itu aja, thanks ya, Ody. Lain kali kalo Lo udah punya pacar, Lo bisa kok minta bantuan gue juga” ucapnya dengan mencengir membuatku memutar mata malas. Pacar? Hilalnya aja belum kelihatan.

“Gak usah, gak perlu” ucapku acuh.

Setelahnya Gerald berlalu dari hadapanku dan aku menatap kado yang di berikan Gerald untuk Aula. Aku memilih untuk memberikan kado ini saat istirahat saja.

Puk!

“Ody” panggil orang dibelakang ku yang menepuk pelan bahuku.

Aku sontak berbalik dan menemukan Genta berdiri di belakangku. Sejenak kakiku rasanya melemah, entah kenapa lagi ini, rasanya gak ada yang normal kalo terlalu dekat dengan Genta.

“Eh Lo gak apa-apa? Atau kaki Lo masih sakit?” tanya Genta kaget ketika tubuhku oleng dan sigap menangkap lenganku.

“Gak apa-apa”

“Masih sakit?”

“Gak tapi lagi kok” jawabku cepat.

Dia terkekeh mendengar jawabanku membuat pipiku memanas. Ku perhatikan matanya melirik kotak kado yang berada di tanganku. Mungkin ia penasaran kenapa aku membawa kotak ini.

“Dari pacar Lo?” tanyanya.

Aku sejenak ternganga bingung, sumpah apa lagi ini. Kenapa Genta ngiranya kado ini dari pacar aku. Jangan-jangan dia lihat lagi waktu Gerald ngasih kado ini ke aku.

“Bukan” aku menggeleng keras. “Ini buat sahabat gue dari pacarnya, terus dia titipin ke gue” jelasku dengan cepat.

Dia hanya mengangguk, lalu mengambil kado itu dari tanganku dan memberikan tangannya padaku. Aku menatapnya bingung tidak mengerti apa yang dia maksudkan.

“Biar lo nyaman jalannya, pegang aja tangan gue buat jadi tumpuan. Lagian kelas kita jauh dan pasti susah buat jalan ke kelas” terangnya.

Aku tersenyum mendengar penjelasannya, aku baru tau Genta semanis ini. Aku menyambut tangannya dan berjalan perlahan.

I Love You, Genta!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang