Jatuh cinta itu tidak perlu banyak alasan
Kadang hanya karena seseorang itu adalah dia
Ketika jatuh cinta, hati yang bekerja bukan logika
Jadi jangan salahkan cinta kalau ia menjadi tak masuk akal atau tanpa logika
.
.
.Ody POV'
Aku mendongak dan melihat Genta yang berdiri di hadapanku, ia terlihat mematung diam. Entah kenapa dia bisa di sini, harusnya kan dia bersama teman-temannya. Jujur aku juga tidak menyangka kalau malam ini LUNAR BAND akan tampil di kafe.
Tadinya aku bersama kak Dikta, tapi ia harus pergi karena ada pertemuan mendadak di organisasi yang diikutinya. Aku hanya memakluminya karena kak Dikta orangnya memang seperti itu, dia sibuk dengan kegiatan organisasi baik di dalam kampus maupun diluar.
“Genta?”
Ia tidak membalas, tapi berjalan mendekati mejaku dan menarik kursi di hadapanku setelahnya ia duduk di sana. Ia hanya diam duduk dan tidak berbicara, hal itu justru membuatku kebingungan dan suasana jadi aneh banget. Di panggung sudah ada Vrega yang memainkan pianonya tanpa iringan musik lain. Entah kenapa musiknya jadi semakin melankolis dan romantis.
“Mana teman Lo?”
Aku menoleh ke arah Genta, “Cowo? Kak Dikta maksud Lo?”
Genta terlihat mengerutkan keningnya, “Mungkin. Yang duduk sama Lo tadi di sini”
“Oh, dia ada urusan dan pergi duluan” jawabku masih agak bingung untuk apa Genta menanyakan kehadiran kak Dikta.
“Pacar Lo?”
“Ya enggak lah, orang kak Dikta cuma teman dan tetangga dulu. Dia juga udah gue anggap kaya Kakak sendiri” sanggahku dengan cepat menjelaskan. Duh semoga saja Genta gak mikir lebih tentang kak Dikta, ya walau aku yakin sih Genta nanya karena penasaran aja gak ada maksud lain.
“Oh”
Apa hanya perasaanku kalau Genta kelihatan lebih rileks dan tidak setegang tadi.
“Oh iya, kok Lo tadi sampai hampir salah lirik bawain lagu nya. Lo baik-baik aja kan?” tanyaku dengan cemas.
Genta menggeleng, “Gue baik kok, mungkin tadi kurang briefingnya aja”
“Lo masih mau di sini?” tanya Genta menatapku sembari jari tangannya diketukkan ke atas meja.
Aku mengangkat bahu, “Kayanya sudah mau pergi, udah lama juga gue di sini” jawabku.
“Mau ikut gue?” tanyanya mengangkat alisnya.
“Kemana?”
“Ke suatu tempat yang gue jamin bagus banget”
Setelah ragu sejenak dan memikirkan kalau hari masih belum terlalu larut, aku memutuskan untuk mengikuti Genta.
“Yaudah gue ambil barang gue dulu di dalam, Lo tunggu aja sebentar” ucapnya lalu berjalan kembali ke belakang.
Aku menyaksikan punggung Genta yang perlahan menghilang, kadang aku merasa seperti mimpi. Bisa berbicara dengan Genta, mengenalnya secara pribadi bahkan tertawa bersamanya. Aku terlalu takut saat aku terbangun dan ternyata ini hanya mimpi dan kami kembali asing. Sungguh aku tidak mengharap banyak dari hubungan lain, bisa berada di dekatnya saja aku sudah bahagia.
“Ayo” Genta menghampiriku lagi setelah selesai mengambil barangnya. Aku berdiri dan mengikuti Genta keluar setelah membayar terlebih dahulu.
Genta mengambil sebuah helm dari motor di samping motornya. Ia memasangkannya ke kepalaku, padahal aku sudah melarangnya dan ingin memasang sendiri tapi ia tetap kukuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Genta!
Fiksi Remaja"Genta! I love you!!" teriak Ody di tengah deburan ombak bersahut-sahutan. "Apa?! Gue gak denger!" Sahut Genta berteriak juga. "Aku! Cinta! Kamu!" ...... Namanya Melody seorang gadis biasa yang berada di kelas 11 sekolah menengah atas. Ia menyukai G...