Dibawah Pertunjukan Senja

37 3 12
                                    

Ody POV

Aku menghirup nafas dalam-dalam mencoba merasakan setiap hembusan angin pantai yang seolah membawa pesan. Bahkan teriknya matahari tidak begitu terasa lagi, suara deburan ombak yang bersahut-sahutan bagai alunan nada-nada alam yang sangat mengagumkan.

Setelah tiba di lokasi tadi dan menaruh barang-barang di hotel, aku dan yang lainnya segera menuju tepi pantai.

Dapat kulihat saat ini Aula yang sedang bekejar-kejaran dengan Ella dan Nadira. Sedang Emma, aku dan Melia hanya tertawa melihat mereka bertiga. Benar-benar definisi orang daratan yang gak bisa tenang kalo ketemu air.

Setelah puas bermain air dan lari-larian di tepi pantai, kami memilih duduk di kursi yang di sediakan sembari meminum es kelapa muda.

"Sadar La! Sadar elah, lo mah kalo liat cowo pasti sampe ngiler gitu" aku menowel lengan Ella yang matanya sudah melirik para cowo yang berjemur di bawah panasnya matahari.

"Kalian liat kan, badan mereka bangus pake banget. Sayang tau Dy kalo dilewatin gitu aja"

Kami memutar bola mata malas, "ketahuan Razka habis lo!" Seru Nadira.

"Lo juga seneng kan liat cowo kaya gitu" tuduh Ella terlihat tidak terima.

"Bada dong, gue mah jomblo sah-sah aja. Lah lo kan gak jomblo udah punya pacar se perfect Razka masa masih aja lo oleng" terang Nadira.

"Sama aja" ucap Ella kekeh.

"Iya sudah gue aja yang beda" Aula mencoba melerai dua orang yang sebenarnya hanya sebelas dua belas.

Akhirnya mereka berdua diam dan kembali tenang. Kami hanya saling berbicara ringan dan syukurnya Emma dan Ella sudah mulai baik-baik saja. Mereka terlihat kembali akrab, memang seharusnya sahabat seperti itu kan? Masalah bukan merenggangkan tapi akan semakin merekatkan.

Setelah cukup berdiam diri, yang lainnya katanya ingin melakukan sesuatu hingga hanya tersisa aku seorang di sini. Oh iya, Aula katanya mau nungguin pacarannya di hotel agar ia bisa mengarahkan untuk menginap. Karena katanya pacaran ikut liburan ini sebagai pendamping Aula. Memang mereka itu pasangan bucin.

"Sendiri?"

Aku menoleh mendapati Genta yang baru saja duduk di sampingku. Dia memakai kemeja lengan pendek dan celana selutut, serta rambutnya yang acak-acakan tertiup angin membuat dirinya makin tampan.

"Kelihatannya?" Balasnya dengan tanya.

Ia terkekeh dan menyugar rambutnya ke belakang. Lalu ia menarik pandangannya dariku dan menatap ke depan. Aku juga menarik pandanganku dan melihat laut lepas di sana yang seakan menyatu dengan langit. Matahari yang sudah tidak terlalu menyengat karena sudah hampir mendekati senja.

"Mau ikut gak?" Tanya Genta setelah beberapa saat hanya diam. Aku mengernyit menatap Genta yang sudah berdiri di hadapanku dan menutupi pancaran cahaya matahari. Ia mengulurkan tangannya.

Aku menatap Genta tepat di matanya, sedetik kemudian aku menyambut uluran tangannya dengan senyum tipis. Ia juga ikut tersenyum tipis dan menarikku ke arah laut yang gelombangnya bergulung-gulung.

Ia membawaku ke pinggir pantai dan merasakan ombak menerpa kakiku. Kulihat ia juga tersenyum jahil, perasaanku memburuk dan benar saja ia mulai memercikkan air ke arahku sembari tertawa. Tak ingin kalah aku juga memercikkan air ke arahnya, tapi ia dengan gesit menghindarinya membuatku kian greget.

Kami saling balas, tanpa sadar kami saling kejar dan tertawa lepas bersama. Rasanya sangat menyenangkan bersama Genta dipenghujung hari ini.

"Udah-udah nanti makin basah kitanya" Genta mengangkat tangannya mencoba menghentikan aku yang ingin kembali memercikan air ke arahnya. Bahkan tawa di wajahnya belum berhenti.

I Love You, Genta!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang