8

323 31 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Raena melangkah dengan Reva yang disampingnya, tadi ia harus mengantri lama untuk menerima pesanan nya, karena sudah terlanjur lapar, pada saat pengumuman hasil ujian bulanan pun dihiraukan nya.

Ternyata prinsip makan nomor 1 diturunkan Riana kepada Raena.

Papan Mading sekitar 7 meter lagi, bisa mereka lihat sudah tidak ada lagi siswa siswi yang berkerumun, hanya tinggal 2 siswa yang sedang mengambil gambar kertas-kertas yang tertempel rapi itu.

Kepalan tangan Raena mengerat, hari ini hari tersialnya.

Jantungnya berdegup kencang, tangan nya tiba-tiba mendingin, ia tak biasa dengan keadaan ini.

Kini...namanya berada diurutan kedua, ia tak biasa ada nama lain diatas namanya.

Raena mengucek matanya berkali-kali untuk memastikan apa yang dilihatnya itu benar atau hanya halusinasi nya saja, namun percuma bahkan matanya sudah terasa sakit tak ada yang berubah peringkat nya itu tidak akan naik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raena mengucek matanya berkali-kali untuk memastikan apa yang dilihatnya itu benar atau hanya halusinasi nya saja, namun percuma bahkan matanya sudah terasa sakit tak ada yang berubah peringkat nya itu tidak akan naik.

Reva mengusap pelan pundak Raena, memegang posisi peringkat pertama 17 bulan berturut-turut, tentu membuat Raena tak terima apa yang telah terjadi sekarang.

Raena itu orang yang mempunyai ambisi kuat, apa yang dia inginkan akan ia perjuangkan mati-matian, namun kali ini semesta tak berpihak padanya lagi, tahta tertinggi nya telah di sabet oleh orang baru yang Raena tak tau dari mana asal-usul nya.

"Are you okay?" Tanya Reva, yang hanya dibalas anggukan oleh Raena.

"Don't cry babe, masih ada bulan-bulan berikutnya," ujar Reva menenangkan Raena, ia memeluk Raena sembari mengelus pundak perempuan itu.

Raena kembali tak bersuara, ia hanya mengangguk, air mata yang menumpuk di pelupuk mata nya ia hapus, selain mempunyai ambisi yang besar, ia juga kuat, hal kecil seperti ini tak akan membuat nya gentar, dikhianati oleh teman-temannya, sering terasingkan sudah mengasah kekuatan nya untuk menghadapi kekecewaan yang sewaktu-waktu datang menghampiri nya.

"Sans, gini doang, nggak seberapa, yaudah yuk ngambil piagam nya ke kantor, btw congrats lo nggak turun tuh, tetap stuck di peringkat ketiga, tapi cukup peringkat lo yang ketiga ya, jangan jadi orang ketiga," ujar Raena mencoba mencairkan suasana, ia tak suka terlihat menyedihkan.

𝐂𝐀𝐂𝐓𝐔𝐒 𝐂𝐎𝐔𝐏𝐋𝐄 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang