47

181 15 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah pertengkaran hebat dengan Raena yang kesekian kalinya, tanpa berucap lagi, Darren langsung pergi meninggalkan Raena yang mematung.

Dengan rasa sakit, Darren tetap melangkah cepat menuju motor nya.

Tangan bergetar Darren perlahan mengkaitkan helm nya, lalu ia bawa motornya membelah jalanan yang mulai ramai dengan beberapa pengendara yang baru saja pulang bekerja.

Dengan penuh kesadaran Darren menarik gas motor nya seperti kesetanan. Di balik helm full face itu masih ada air mata Darren yang mengalir, mengingat hal-hal apa saja yang ia terima tahun ini. Baginya ini tahun terburuk nya.

Seperti biasa, entah kenapa pikiran Darren membawa nya kemari, ke pemandangan lautan lepas. Dengan semburat dominan jingga, dan pasir pantai yang tak terkira.

Darren jatuh bersimpuh, bibir nya bergetar, rasa sakit di dada nya ia hiraukan, kepala nya mendongak.

"Ma?" panggil Darren.

"Darren malu Ma, Darren malu. Setiap hari Darren ngadu ke Tuhan, ngadu ke Mama, kenapa Papa yang aku kira ayah kandung aku sendiri sejahat itu sama aku? Aku selalu ngadu kenapa ada ayah kandung kayak Papa? Aku selalu ngadu kenapa aku selalu salah di mata Papa? Aku selalu ngadu kenapa Papa nggak bisa nerima aku, nggak bisa maafin aku? Ternyata Darren yang salah Ma, Darren yang salah," monolog Darren mulai terisak.

"Darren emang nggak tau diri. Seharusnya Darren di rawat aja udah syukur. Tapi...sebenarnya Darren pun nggak mau di rawat, harusnya Darren dibiarin ikut Mama, Darren nggak mau disini, Darren mau sama Mama aja, Darren nggak mau disini Maa," lirih Darren dengan wajah memerah. Bahkan pemandangan indah di depan tak mampu menghibur hati nya yang kelabu.

Revan berjalan ke pinggiran jalan untuk memberhentikan salah satu taxi.

Ia baru saja membeli bunga, rencana nya ia ingin menemui Ibu nya, karena sudah lama ia tak berkunjung

Ia terpaksa menggunakan kendaraan umum, karena semua fasilitas nya sudah di sita oleh Ayah nya. Untung masih ada tabungan nya yang tersisa.

Saat ingin membuka pintu taxi yang ia berhentikan, mata nya menangkap seorang pengendara motor yang sangat ia kenali. Itu Darren, laki-laki yang ingin ia habis saat ini juga.

Dengan cepat ia memasuki taxi itu.
"Pak tolong ikuti itu motor yang hitam itu," titah Revan menunjuk ke arah Darren.

"Waduh, dia cepet banget bawa motornya, susah itu mas," balas si supir.

"Nanti saya bayar lebih Pak, asalkan bapak berhasil ngikutin dia," paksa Revan semakin kesal melihat Darren yang sudah menjauh.

"Oke deh Mas," pasrah si supir lalu membawa mobil kebanggaan nya melaju lebih cepat.

Setelah memberi lembaran uang berwarna merah, Revan keluar dari taxi dengan tergesa-gesa. Plastik berisi bunga di genggaman nya ia letakkan lalu mendekati Darren.

𝐂𝐀𝐂𝐓𝐔𝐒 𝐂𝐎𝐔𝐏𝐋𝐄 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang