13

263 23 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Raena menatap dirinya dari pantulan kaca besar dihadapannya.

Dress putih telah membalut tubuh nya, polesan make up tipis iya bubuhkan ke wajahnya.

Tangan kanannya bergerak naik lalu meletakkan jari telunjuk nya di sudut bibirnya, memaksa bibirnya untuk tersenyum, namun nyatanya nihil, bibirnya kembali seperti semula, datar.

Setelah sadar selama ini dia belum memberikan apapun kepada orang tuanya, akhirnya ia memutuskan untuk memenuhi permintaan kedua orangtuanya, juga seseorang yang telah dianggap berharga oleh Bunda nya, Kartika.

Siapa yang tidak ikut menyayangi orang yang bisa membuat orang tua nya bahagia?

Kartika sudah begitu baik dengan Bunda nya, entah mengapa Raena jadi ikut merasa bersalah jika nantinya ia tidak memenuhi permintaan sahabat Bunda nya itu.

Ketukan pintu terdengar lagi.
"Na, kamu beneran nggak ikut kan? Bunda sama Ayah berangkat dulu ya," ujar Riana dari seberang sana.

Raena semakin merasa bersalah, suara lirih milik Bunda nya benar-benar menggambarkan bahwa Bunda nya tak berharap lagi padanya.

Segera ia bangkit dari duduknya, ia tak akan membuat kedua orang tuanya kecewa.

"Raena ikut Bun," ujar Raena langsung saat pintu sudah ia buka lebar, terlihat Riana sudah membalikan tubuhnya hendak pergi.

Riana mematung di tempatnya, wanita cantik yang berbalut dress biru tua itu belum percaya apa yang telah ia dengar, perlahan ia berbalik lalu bola matanya sedikit melebar.

Ia tak percaya putri nya itu mau menerima perjodohan ini, perlahan bibirnya melengkung keatas, putri nya ini selalu sukses membuat hidup nya bahagia.

Tanpa berujar Riana langsung memeluk tubuh Raena, Raena memeluk Bunda nya erat, setelah ia dijodohkan nanti pasti ia akan jarang bertemu dengan Bunda nya, bahkan membayangkan nya saja Raena tak bisa.

"Ayo sayang, jangan nangis nanti make up nya jadi jelek." Ajak Riana, mereka pun bergandengan tangan menuruni satu per satu anak tangga.

Di malam hari, di dalam mobil Fortuner hitam, keluarga kecil hendak pergi ke suatu restoran ternama, tak ada perbincangan hangat seperti biasanya, tak ada alunan lagu-lagu dengan playlist yang biasanya di putar bergantian.

Raena diam, namun otaknya berisik, banyak pertanyaan yang bersarang di kepalanya.

Dan yang paling membuat ia resah adalah, bagaimana rupa calon suaminya itu nanti? Melihat Devano, agaknya Raena harusnya tidak perlu ragu, bisa ia bayangkan bagaimana tampan nya Devano dimana pria itu adalah salah satu Mahasiswa yang ternama di Universitasnya.

Tetapi apa calon suaminya itu sudah tua? Tak mungkin karena mereka hanya berbeda 4 bulan, tapi apa dia brewokan dengan rambut yang gondrong tak terawat? Apa dia rapi dan wangi? Apa dia termasuk murid yang berprestasi atau paling tidak murid yang tak mempunyai catatan merah di kantor BK?

𝐂𝐀𝐂𝐓𝐔𝐒 𝐂𝐎𝐔𝐏𝐋𝐄 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang