48 [END]

395 25 16
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Darren melambat kan laju motor saat melihat rintik-rintik hujan semakin deras.

"Gimana? Neduh dulu atau lanjut?" tanya Darren pada Revan.

"Elah hujan doang, lanjut aja biar cepet nyampe, disini juga bakal kedinginan," balas Revan yang diangguki Darren.

Dengan perlahan Darren kembali menaikkan kecepatan motornya.

Tiba-tiba fokus nya teralihkan. Nyatanya, sebanyak apa pun ia ingin mengelak dari pahitnya kehidupan ini. Rasa sakit akan tetap menghantui hati dan pikiran nya.

Lelucon, atau perkataan penyemangat yang ia terima tak mungkin bisa langsung menghapus rasa sesak di dada nya.

"Harus seberapa banyak lagi air mataku yang kau minta semesta?" lirih Darren dalam benak nya.

"Heh monyet bisa kagak lo bawa nya? Hampir ke serempet mobil lohhh, ini hujan jalan licin," tegur Revan menepuk-nepuk bahu kanan Darren.

"Bisa, bisa, lo tenang aja," jawab Darren mengangguk-anggukkan kepalanya.

Namun itu hanya ucapan nya 10 detik yang lalu. Ia tetap mengendarai motornya dengan pikiran melayang-layang.

Saat ingin membelok ke arah kiri di pertigaan, hal tak terduga terjadi.

Dari arah kanan mobil sedan hitam melaju dengan kecepatan tinggi seperti tak memiliki rem.

Demi menghindar, Revan dengan kesadaran penuh menjatuhkan badan nya ke sebelah kiri sambil menarik Darren, akhirnya keduanya terjatuh membentur trotoar.

Darren mengerang kesakitan, kepala nya lebih dulu menghantam trotoar. Namun mata nya membola melihat pemandangan di atas kepalanya.

"V-van?" lirih Darren ketakutan.

Kepala nya berdenging, banyak orang berteriak kesakitan. Banyak orang menjadi korban mobil sedan yang mengalami rem blong itu.

Nasib sial menimpa mereka, niat ingin menghindar, mobil itu malah berbelok ke arah mereka.

Darren mengangkat wajah Revan yang berlumuran darah lalu menaruhnya ke atas paha nya.

"Van, jawab gue," lirih Darren di tengah guyuran hujan deras yang semakin menimbulkan rasa pedih di luka nya.

Dengan tangan bergetar Darren mengambil ponsel nya yang telah sepenuhnya basah.

Ia mengetikkan beberapa angka lalu mendial nya. Ia menghubungi ambulance, setelah memberi tahu alamat nya, Darren kembali menepuk pelan pipi Revan tanpa memperdulikan air berwarna merah yang menetes dari dagu nya.

"Van, lo jangan pergi sendiri. Setidaknya ajak gue, atau paling nggak lo harus tetep disini, temenin gue Van, temenin gue di dunia yang jahat ini," racau Darren mulai menangis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐂𝐀𝐂𝐓𝐔𝐒 𝐂𝐎𝐔𝐏𝐋𝐄 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang