27

201 19 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Setelah berganti pakaian dan hendak pulang, tiba-tiba Darren memberhentikan langkah nya kala melihat Raena yang berjalan berdampingan dengan Revan, tawa mengiri langkah keduanya.

Tanpa pikir panjang Darren berniat menghampiri keduanya, namun sakit yang mendera dada bagian kirinya langsung memberhentikan langkah nya.

Ia menepi bersembunyi di balik tembok agar tidak dilihat oleh Raena dan Revan.

Ia menekan kuat dadanya, sangat sakit, urat-urat menonjol di lehernya, bibirnya yang biasanya merah langsung pucat pasih.

Ia meraih ponselnya, menghubungi supirnya untuk menjemput nya dari gerbang belakang.

Tak berapa lama ia mencoba berdiri lalu melangkah terseok-seok kearah gerbang belakang, ia menggelengkan kepalanya, sudah hampir setahun dia merasakan sakit di dada nya, tapi akhir-akhir ini sakitnya meningkat dua kali lipat.

Setelah berperang dengan batinnya, kali ini ia akan memutuskan memeriksa kondisinya ke rumah sakit, ia harap tak ada hal buruk menimpanya.

Darren termenung di ruang tamu, televisi yang hitam padam menjadi objek lamunan nya.

Fakta yang baru saja di terimanya benar-benar menyeretnya ke dasar, ke titik terendah nya.

Entah ia harus bersuka atau berduka, lagi-lagi takdir mempermainkan nya.

"Mah? Sekarang harus gimana? Darren harus gimana?" Cicit Darren dengan suara serak.

Bunyi suara motor terdengar memasuki pekarangan rumahnya, dengan segera Darren menghapus air mata nya yang hampir tumpah.

Setelah motor itu pergi, tak berselang lama Raena pun masuk dengan wajah riangnya, ia bersiul bahkan melompat kecil saat berjalan.

"Kemana aja? Udah jam 8 malam loh ini," ketus Darren dengan tatapam dinginnya.

"Apasih? Nggak usah ngatur-ngatur, hidup, hidup gue, gue lagi happy nggak usah ngancurin mood gue," balas Raena juga ketus.

"Gue cuman nanya, lo ngapain aja sama dia ha? Lo lupa sekarang lo udah jadi seorang istri? Pulang jam 8 malam sama cowok lain normal nggak menurut lo?" Serang Darren dengan berbagai pertanyaan.

"Lo juga lupa apa yang gue ucapin kemarin? Kita bebas, bebas mau ngapain aja diluaran sana, nggak ada istilah gue ngatur lo, dan lo ngatur gue. Paham?" Ujar Raena yang berdiri tak jauh dari Darren.

Darren mengeluarkan nafasnya pelan, ia mencoba untuk tenang dan tak terpancing emosi, karena rasanya hari ini ia benar-benar lelah, lelah fisik maupun mental.

"Besok ujian kenaikan kelas, lo nggak usah keluyuran terus, mending belajar, supaya nilai lo stabil." Nasehat Darren lalu bangkit dari duduknya, menaiki tangga hendak ke kamarnya.

𝐂𝐀𝐂𝐓𝐔𝐒 𝐂𝐎𝐔𝐏𝐋𝐄 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang