20

261 23 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Devano menatap layar laptopnya dengan seksama.

Jika kalian berpikir ia sedang melihat grafik saham-saham nya, atau dokumen-dokumen perusahaan nya, maka kalian salah.

Disana, di layar datar berwarna itu, terlihat senyuman manis sang puan seolah dia adalah wanita terbahagia di dunia ini.

Fakta yang diterima Devano beberapa hari yang lalu, cukup membuat dunia nya hancur sehancur-hancurnya.

Perempuan nya, yang selalu menaburi kehidupan nya dengan butiran kebahagiaan, ternyata lebih sering dijatuhi batu-batu masalah, yang sialnya ditutup rapi oleh wanita itu.

Luka yang bertahun-tahun dicoba untuk disembuhkan, kini kembali menganga lebar, dan ternyata selama ini luka itu bersumber dari dirinya sendiri.

Devano menjambak rambut nya kuat, rasa putus asa 17 tahun yang lalu kembali menggerogoti tubuh nya, ia kembali ke titik terendahnya, Kartika benar-benar memberi dampak besar bagi hidupnya.

Bulir-bulir air mata mulai mengalir keluar dari pelupuk matanya, tarikan semakin kuat dirambutnya, isak tangis memenuhi ruangan hening tanpa kehangatan itu.

"Kar sakit, ini sakit, coba kasih tau aku cara buat ngelupain kamu," lirih nya di sela isak tangisnya.

"Hari ini keinginan kamu terpenuhi dengan sempurna, tapi semuanya aku jalanin dengan rasa sakit, aku harus apa Kar," adu Devano dengan isak tangis semakin kuat, ia memukul-mukul kepalanya menyalurkan rasa sakit yang tak tertahankan dihatinya.

Bagaimana lagi nantinya ia bisa bertahan hidup, setelah harus di hantam dengan keras fakta yang selama ini ia tak tahu, ia benar-benar putus asa.

"Kamu nggak salah Kar, aku, aku yang salah, ini semua karena aku, andai aku nggak kenal kamu, andai aku nggak datang ke kehidupan kamu, andai waktu bisa diputar kembali, mungkin hidup kamu akan lebih bahagia saat ini juga," sesal Devano, ia menelungkup kan kepalanya, dengan dahi bertumpu diatas meja kerjanya.

Pernah menangis karena sangat putus asa? Disaat menangis rasanya pun tak cukup, masih ada rasa sakit yang kita tak tau bagaimana cara menyalurkan nya, sekalipun menangis sekuat-kuatnya, sakit itu tetap tak hilang.

Itulah yang dirasakan Devano saat ini.
Dan itu dipendam oleh dirinya sendiri.

_______________

Raena meraih ponsel nya yang berada di atas nakas, tak kaget saat melihat jam yang sudah berada di angka 10 pagi.

Ia melangkah ke depan kaca rias nya, dapat ia lihat wajah nya yang sedikit membengkak karena terlalu lama tidur.

Karena perutnya sudah sangat lapar, ia bergegas untuk lebih dulu mandi, malu jika ia turun dan bertemu Papa mertuanya dengan penampilan yang tak baik.

𝐂𝐀𝐂𝐓𝐔𝐒 𝐂𝐎𝐔𝐏𝐋𝐄 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang