28

191 19 0
                                    


Plis lupa lagiiiii aelahh, udah kedua kali nyaa sedihhh, rank nya hancur pasti ini.
Nasib nggak punya reader tetap, jadi lupa terusss ಥ⁠‿⁠ಥ
Tapi nggak apa-apa lah, lanjut-lanjut.









"Ren?" panggil Raena.

"Kok di tutup sih? Lo mah ah ngadi-ngadi!" pekik Raena hendak membuka pintu itu kembali.

Saat Raena sudah memegang handle pintu, Darren langsung memutar tubuhnya.

"Eitt, eit, eitt mau ngapain lo?!" peringat Raena menaikkan telunjuk nya mengarah ke arah Darren.

Darren menjepit telunjuk Raena lalu menurun kan nya.

Darren semakin mengikis jarak, nafasnya tak beraturan.

Dengan cepat ia merengkuh tubuh Raena, membuat sang puan terkejut bukan main.

"Ren ih! Lepas nggak?!" ujar Raena memberontak.

"Bentar, bentarrr aja, gue lagi pengen kayak gini," lirih Darren.

Tangan Raena mengambang di udara, bingung harus kah ia membalas pelukan Darren?

Raena merasa aneh kala Darren semakin mengeratkan pelukannya.

"Ren? Lo nggak apa-apa?" tanya Raena khawatir.

Darren hanya menggeleng sebagai balasan, pelukan erat itu kemudian melemah, Darren hampir saja terjatuh kalau saja Raena tidak langsung sigap menahannya.

"Ren?! Ren?!" Panggil Raena panik, tangannya menepuk pelan wajah pucat pasi Darren.

"Bi! Bibi! Pakk! Tolongin Darren!" Teriak Raena dengan suara bergetar.

Dari arah bawah hampir semua pelayan berlari dengan cepat menuju kamar Darren, namun satu pria yang biasanya supir Devano langsung mengangkat tubuh Darren ke ranjang nya.

"Pak? Kok dibawa ke situ, langsung bawa kerumah sakit! Itu Darren udah pucat banget!" Pekik Raena dengan mata memerah.

"Tidak perlu non, lebih baik non keluar dulu saya akan panggil kan dokter keluarga Atmaja," balas sang supir atau bisa dibilang salah satu orang kepercayaan Devano, ia melirik seluruh pelayan seolah mengode agar membawa Raena keluar.

"Mari mbak, lebih baik kita keluar aja, nanti ada dokter yang akan menangani," Ajak salah satu pelayan.

Raena mengerutkan keningnya, semua sama paniknya, tapi entah kenapa yang lain bisa bersikap lebih tenang daripada dirinya, seolah-olah mereka sudah menerka hal ini akan terjadi.

Si pelayan itu memandang Raena yang ikut turun bersamanya.

"Udah mbak, nggak perlu dipikirin, ini udah pernah terjadi, setiap masa ujian kayak sekarang, mas Darren emang sering pingsan kayak gitu, tapi kalau udah selesai ujian nggak akan kayak gitu lagi kok," ujar si pelayan berniat menenangkan Raena.

𝐂𝐀𝐂𝐓𝐔𝐒 𝐂𝐎𝐔𝐏𝐋𝐄 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang