2

766 80 26
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Dua pasang wanita dan pria berada di satu meja yang sama, mereka duduk saling berhadapan.

Riana menunduk, menatap kertas yang digoresi warna gold di tangan nya.

"Bentar lagi gue nikah, pokoknya lo pada juga harus cepet-cepet nikah ya? Ehm...sekitar sebulan setelah kita nikah, karena utang belum ketutupan pasti," ujar Kartika tertawa pelan, lalu disusul telapak tangan yang lebar menyapu wajahnya.

"Enak aja, dikira calon suami kamu miskin banget apa?" tanya Devano yang dibalas kekehan Kartika.

"Nah bila perlu entar mahar lo setengah dari dunia ini," sahut Riana dengan imajinasi gilanya.

"Ye lo kira kayak apk oren apa," balas Kartika lalu mereka berdua terkekeh bersama.

Entahlah mereka sama-sama pecinta cerita fiksi, jadi satu frekuensi.

Beda dengan pasangan mereka masing-masing, yang satu kerja di perkantoran, yang satunya dokter, mana nyambung.

"Lagian lo aneh, nikah kok ngajak-ngajak, dikira nonton konser apa?" ujar Riana membalik-balikkan kertas yang ada ditangan itu, meneliti satu persatu foto prewedding yang ada di dalam nya.

"Yang pacaran duluan siapa, yang nikah duluan siapa," lanjut Riana meletakkan undangan pernikahan itu diatas meja.

"Waduh kode tuh Al!" balas Kartika lalu terkekeh.

"Yee gue mah kapan pun siap, dia nya aja yang nanti-nanti mulu," sahut Al yang dihadiahi tatapan sinis dari Riana.

"Lagian lo pada  aneh, udah pada kerja, udah pada dewasa, udah pacaran lama, belum juga ada niatan nikah, diluaran sana belum pada nikah karena kendala keuangan, kalok lo pada kan nggak mungkin kekurangan uang, bikin acara 7 hari 7 malam aja sanggup, bahkan sebulan," ujar Kartika menyendok mini cake chocolate yang ada di hadapannya.

"Bukan masalah duit Kar, ini masalah kesiapan nya, udah siap berumah tangga apa belum, nikah bukan main-main loh, diluaran sana juga banyak yang cepet-cepet nikah dan akhirnya nyesel, ya karena dari awal mereka belum siap tapi pengen dilihat orang kalau hubungan mereka emang serius,

Dan gue bukan tipe orang yang kayak gitu, gue mau momen menikah itu cuman gue rasain sekali, pertama kali dan terakhir kali, jadi gue harus mikirin matang-matang, kita juga harus benar-benar milih pasangan yang tepat, yang benar-benar udah nerima segala kekurangan kita, yang pastinya nanti mau diajak senang maupun susah," jelas Riana yang langsung ditatap tajam oleh Kartika tatapan perempuan itu menghunus tepat dimata Riana.

Dan rupanya Riana tidak tau apa arti tatapan Kartika, ia hendak melanjutkan ucapannya lagi.

"Pasangan—"

"Ekhem bentar ya, aku mau ngehubungin temen yang ngegantiin aku dulu, waktu nya udah kelamaan ini, entar dianya marah," potong Al lalu beranjak pergi.

Tak berselang lama, mungkin hanya dua menitan Al kembali lagi menghampiri meja mereka.

"Na aku pergi dulu ya, temen aku mau pulang jadi aku terpaksa balik lagi, entar pulang nya pesen taxi atau ojol aja," pamit Al yang diangguki Riana, Al mendekat lalu mencium kening Riana, Riana tersenyum begitu juga dengan Al.

"Bro titip dia ya," ujar Al terkekeh.

"Siap Bro!" balas Devano.

"Titip, titip, dikira barang apa," sahut Riana tak terima. Al hanya tersenyum lalu mengusak rambut Riana dan melangkah pergi.

"Dadah!" Pekik Riana melambaikan tangannya, yang juga dibalas Al.

"Omongan lo salah Na," ujar Devano kala Al semakin menjauh.

Riana menyerngit tak paham.

"Kewaspadaan lo emang bener nggak salah, tapi ada baiknya lo ngomong nya waktu bareng Kartika aja, ini lo nya malah ngomong di depan pasangan lo sendiri, ya gue nggak masalah karena kita berdua emang udah sepakat, gue juga cowok pasti tau perasaan Al sekarang kayak gimana.

6 tahun kalian bareng, lewatin suka duka, lo juga udah ngerasain seberapa sayangnya dia ke lo, tapi dari omongan lo, dia ngerasa kayak apa yang dia perbuat selama ini sia-sia dan belum bisa ngehapus semua keraguan lo, dan pastinya itu sakit," ujar Devano panjang lebar lalu menyesap kopinya yang sempat teranggur kan.

Kartika mengangguk setuju.

"Dan gue yakin, temen dia tadi belum balik, tapi dianya emang pengen pergi dari sini, belum siap dengar semua ucapan lo tadi, tadi juga gue kan udah telepati sama lo, eh lo nya nggak ngerti malah pengen ngelanjutin lagi, emang lo nya agak bego ya," timpal Kartika lalu terkekeh.

"Canda zheyeng," ucap Kartika berniat mencairkan suasana.

Sedangkan Riana hanya terdiam, baru tersadar apa yang diucapkan nya tadi benar-benar keterlaluan.

"Yaudah balik yuk, pesanan kita udah pada habis kan?" ajak Devano yang diangguki Kartika.

"Ayo Na, bareng kita aja, daripada naik taxi kan, mending nebeng sama kita," ajak Kartika lalu berdiri dari duduknya.

Dengan tergesa-gesa Riana memasukkan semua barang-barangnya ke dalam tasnya.

"Kalian duluan aja, gue mau nyusul Al, babay!" balas Riana melambaikan tangannya, untung pesanan mereka sudah dibayar saat memesan tadi.

"Semangat ngebujuk bayi gede nya!" pekik Kartika lalu tertawa.

"Udah ah kamu ngeledekin anak orang mulu, ayo aku antar pulang, soalnya aku mau balik ke kantor Ayah lagi." ujar Devano menarik tangan Kartika agar segera berjalan.

" ujar Devano menarik tangan Kartika agar segera berjalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Woe ide author buat cerita ini seret paket banget, padahal waktu nulis SCGU, kadang sehari bisa bikin 3 bab di draft.
Aaaaa gini ceritanya nggak akan selesai-selesai buset.

𝐂𝐀𝐂𝐓𝐔𝐒 𝐂𝐎𝐔𝐏𝐋𝐄 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang