37

143 12 0
                                    

Darren menatap kepergian Raena yang berlari terburu-buru, padahal dia sudah setia menunggu nya piket tapi ternyata gadis langsung pergi begitu saja, seolah tak ada yang menunggu nya disini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Darren menatap kepergian Raena yang berlari terburu-buru, padahal dia sudah setia menunggu nya piket tapi ternyata gadis langsung pergi begitu saja, seolah tak ada yang menunggu nya disini.

Ia berdecih sinis, kalau bukan Revan siapa lagi? Sudah pasti laki-laki itu kan?

Darren tak ambil pusing, dengan cepat ia menaiki motornya lalu pergi, lebih baik dia bersama Axa.

Dari jarak jauh Raena sudah melihat keberadaan Reva, disini lah mereka sekarang, di rooftop restoran tempat ia dan Darren dijodohkan.

Reva sudah menatap nya lekat, seolah tidak ada objek lain disekitar nya.

"Jelasin apa maksud lo," ujar Raena setelah berada di hadapan Reva.

"Nggak makan dulu? Ini udah jam 3 nggak laper lo?" tanya Reva meminum lemon tea yang ia pesan dengan santai.

"Langsung ke intinya aja Rev," desak Raena.

"Lo udah nggak sabar ngebahas topik yang paling gue benci itu?"  tanya Reva tersenyum menatap Raena.

"Lo pasti ngira hubungan lo sama Darren udah tertutup rapi kan? Keliatan sih gimana santai nya lo  pas gue ketemu lo disekolah seolah-olah nggak terjadi apa-apa," lanjut Reva dengan kekehan kecil di akhir kalimat nya.

"Tapi lo salah Na, gue tau semuanya, gue denger semua pembicaraan keluarga lo dan keluarga Darren hari itu. Dan lo tau? Bahkan di hari pernikahan lo gue dateng Na, dan lo pasti tau sesakit apa yang gue rasain saat itu juga, berhari-hari gue sering nangis, gue nangis sejadi-jadinya, tapi sekalipun lo nggak nanya kenapa mata gue sembab, akhirnya gue sadar Na, kalau gue emang nggak sepenting itu buat lo," ujar  Reva dengan nada bergetar.

"Di saat gue sering nyeritain semua tentang Darren, disaat lo udah tau perasaan gue kali ini beda dari yang sebelumnya, disaat gue bener-bener berharap gue bisa deketin Darren, ternyata lo malah  nikung gue Na. Dan parah nya lagi bukan hanya sekedar hubungan biasa, sakit Na sakit," ujar Reva sekuat tenaga agar air matanya tidak tumpah.

"Dalam pikiran lo apasih Na? Gue juga nunggu kapan lo bakalan terus terang sama gue, tapi nyatanya sampe berbulan-bulan, semuanya tetap lo tutupin dari gue. Gue juga eneg saat lo selalu ngasih semangat ke gue, nyuruh gue biar keluar dari hubungan toxic gue, ngebantu gue biar percaya sama cowo lagi, percaya sama cinta lagi dan ternyata? Semua nya hancur lagi Na, dan itu karena lo," lanjut Reva.

"Lo nganggep gue nggak sih Na? Gue emang salah karena udah ngerasa kalau gue penting dihidup lo, sedangkan lo sendiri cantik, pinter, kaya, famous, lo pasti nggak butuh gue. Tapi sesusah itu kah buat nolak perjodohan itu? Demi gue Na? Demi gue yang selalu ngebantu lo, gue yakin lo nggak cinta sama Darren, biarin Darren dapet seseorang yang lebih baik dari lo. Lepasin dia Na, gue rasa gue lebih pantes milikin Darren," ujar Reva panjang lebar.

Raena menatap nanar ke arah Reva, apa yang dikatakan Reva benar-benar sulit ia terima.

"Jadi lo ngira lo pantes gitu sama Darren? Dari sikap lo ini akhirnya gue sadar Rev, kalau ternyata lo memang nggak sebaik itu, gue sadar lo yang pintar seangkatan pun ternyata pikiran nya masih ke kanak-kanakan," balas Raena.

𝐂𝐀𝐂𝐓𝐔𝐒 𝐂𝐎𝐔𝐏𝐋𝐄 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang