بسم الله الحرمن الرحيم
اَللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ"Cinta saya kepadamu itu, seperti
saat hidung saya bertemu dengan sajadah.
Kamu sajadahnya, saya hidungnya, dan ketika
bertemu ada cinta di dalamnya."• Pangeran Tanah Shankara
Pukul 2 pagi ini hujan mengguyur kota Jakarta, bunyi gemericik air membuat Tanah mau tak mau harus beranjak dari tempat tidurnya dan melaksanakan salat malam.
"Zaujati, bangun yuk? salat tahajud," ujar Tanah, ia mengusap lembut kepala istrinya, ia juga memainkan pipi istrinya itu.
"Ayo bangun." Rain mengerjapkan matanya. "Iya, Zauji." Tanpa aba-aba, Tanah langsung membopong istrinya menuju kamar mandi.
"Ih Mas, turunin." Rain menepuk pelan pundak suaminya itu.
Tanah terkekeh. "Udah diem aja sayang," ujarnya.
"Sekarang kita mandi, saya sudah siapin baju dan air panasnya," ujar Tanah, langsung menutup pintu kamar mandi tersebut.
Beberapa menit kemudian...
Kini mereka berdua selesai mandi, dan mereka langsung menggelar sajadah untuk melaksanakan salat tahajud.
"Zauji, salat tahajud aja ya? cape," ujar Rain, membuat Tanah tersenyum lalu mengangguk.
"Iya nanti setelah ini kita tiduran di atas sajadah sambil menunggu adzan subuh dan setelah salat subuh kita lanjut muroja'ah."
"Oke, captain jannah!" seru Rain, membuat Tanah terkekeh. Tanpa berlama-lama mereka langsung melaksanakan salat tahajud, dengan Tanah yang memimpin.
Mereka melaksanakannya dengan khusyuk, sampai selesai salam mereka berdua berdoa masing-masing, memuji Allah terutama.
Selesai berdoa Tanah menghadap ke belakang, menatap wajah istrinya. Ia mundur dengan membawa sajadahnya ke samping Sang Istri.
"Mau ngapain Zauji?" tanya Rain.
"Tiduran, kamu di sini saya di sini," ujarnya tangannya menunjuk dua sajadah yang saling berjejeran.
Rain mengangguk, tiba-tiba Tanah langsung menidurkannya di atas sajadah itu. "Istriku, Zaujatiku, bidadariku, duniaku," panggil Tanah, membuat pipi Rain merah merona.
Tangan tangan mengelus kepala Rain. "Kamu tau? tidur di atas sajadah itu nyaman sekali, apalagi di samping saya ini ada perempuan yang saya cintai karena Allah, saya sangat beruntung lauhul mahfudz saya ternyata namamu," kata Tanah.
Rain tanpa aba-aba langsung memeluk tubuh suaminya itu. "Aku kayanya deh Ji yang beruntung banget punya suami seperti kamu, nggak nyangka aja seorang akhwat yang biasa-biasa saja menikah dengan seorang Gus, dan plot twist yang tidak disangka-sangka ternyata orang tua kita sahabatan," ujar Rain, panjang lebar.
"Apa kamu bilang hm? biasa-biasa saja? kamu itu bagi saya luar biasa, karena apa? karena kamu cantiknya luar dalam, kamu menjaga mahkotamu, kamu menjaga adabmu, dan kamu menjaga lisanmu." Ia mencubit gemas hidung Rain.
"Yang terjaga untuk yang terjaga juga, iya bukan?" Rain mengangguk, lalu ia eratkan dekapan tersebut.
"Nyaman sayang, apalagi hujan-hujanan gini. Seperti ini terus ya?" Rain mengangguk dan tersenyum.
Tiba-tiba, adzan di handphone Tanah dan Rain berbunyi bersamaan, hal itu membuat Tanah melepaskan pelukannya.
"Udah adzan sayang, yuk ambil wudhu dan salat subuh," ajak Tanah, namun tidak ada jawaban yang ada pelukan itu makin erat dan tubuh mereka berdekatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TANAH SUCI (Revisi)
Mystery / ThrillerGus muda mendadak jadi detektif? ya benar! Pangeran Tanah Shankara, seorang Gus muda yang mencari kasus kematian santrinya yang meninggal saat akad nikah dirinya dan Sucianika Rain Senjana Sastra Al-Hawa. Clue: Tanpa, melihat status. Semua yang memi...