7. Tenggara Dan Airlangga

621 146 21
                                    

بسم الله الحرمن الرحيم
اَللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

❛❛Hati-hati dalam memilih teman, karena
teman bisa saja membawa kita ke neraka,
dia yang bermaksiat kita kena imbasnya juga.❜❜

• Pangeran Tanah Shankara

Tanpa diketahui mereka berdua, ada seseorang yang sedari tadi mengucapkan salam namun tak ada jawaban.

Akhirnya mereka masuk ke rumah Tanah. Betapa terkejutnya ternyata Tanah sedang disuapin oleh Rain.

"Astagfirullah, mataku ternodai," teriak Bumi dan Bang Hujan bersamaan.

Tanah yang mendengar itu, langsung menoleh dan betapa terkejutnya ternyata ada Bumi dan Bang Hujan.

"Bentar Zaujati," ujarnya membuat Rain mengangguk. "Untung saja, Zaujati nggak nengok belakang," gumam Tanah, ia meresa bersyukur istrinya menjaga pandangannya.

Setelah itu ia langsung mendekat ke arah Bumi dan Bang Hujan. "Kalian ngapain masuk tanpa mengucapkan salam, hm?" tanya Tanah.

"Udah salam kok, kamu aja yang enggak denger," sahut Bang Hujan, membuat Tanah menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu.

"Kan hujan, jadi nggak denger Bang, untung aja istri saya pake hijab, bagaimana jika tidak hm? terus Bumi lihat?" tanya Tanah membuat Bumi merasa bersalah.

"Tenang aja dek, tadi aku yang ngintip duluan kok, kalo Rain lagi pake hijab terus aku sama Bumi berani masuk deh, eh nggak taunya ternyata ada bayi besar lagi disuapin," ujar Bang Hujan terkekeh.

"Maaf ya Gus." Tanah mengangguk. "Iya enggak papa," jawabnya.

"Eh ya udah ayo kita beres-beres gudang, sekarang," ajak Bumi, ia memegangi pundak Tanah.

"Sekarang?" Bumi dan Bang Hujan mengangguk.

"Ya udah bentar saya pamitan dulu sama istri," ujar Tanah, seperti meledek mereka.

"Iya deh, yang udah punya istri." Tanah menghiraukan perkataan Bang Hujan, ia langsung mendekat ke arah istrinya yang sepertinya sudah memakai cadar.

"Zaujati," panggil Tanah, membuat Bang Hujan dan Bumi melongo. "Aduh, Zaujati nggak tuh?"

"Iya Zauji?" Mereka yang melihat itu hanya kebagian menyengir.

"Saya pamit ya? mau beres-beres gudang," ujar Tanah, membuat Rain mengangguk.

"Oke semangat Zauji!" teriak Rain, ia juga langsung menyalami suaminya itu. "Zauji, boleh kan Biru ke sini?"

Mendengar itu Tanah mengangguk. "Boleh kok, tapi bukannya lagi ngajar dia?"

"Uji lupa? kan para santri diliburkan," ujar Rain.

"Oh iya, saya lupa. Astagfirullah."

"Ya udah, saya pamit ya? assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Saat Tanah, Bumi, dan Bang Hujan hendak pergi. Rain berteriak, "Bang Hujan, jagain bayi gede aku ya!"

"Siap sayangku," balas Bang Hujan berteriak.

"Sayang-sayang, palamu peang!"

Bang Hujan menggelengkan kepalanya. "Astagfirullah, kok suami adikku kek gini?"

"Astagfirullah, lagi cemburu bayi gedenya itu," sahut Bumi, terkekeh diikuti Bang Hujan.

•TanahSuci•

TANAH SUCI (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang