26.

13.8K 975 28
                                    

Hello ngab,
akhirnya selesai juga gue hibernasi.
Mungkin masih ada yang minat baca nih book? Idk:v

.
.
.

'I can't breath...!'

____________________

"Dean, Dean. Muka lu tuh nggak cocok jadi top."

"Hmm? ... Tapi gue bisa bikin lu keenakan." Dean menyahut sedikit songong.

"Apa iyah?" Relan mencibir rendah. "Gue liat-liat, nyali lu gede juga buat nyulik gue." lanjutnya lagi.

"Memangnya apa yang gue takutin?"

Relan, "Ho?" Mau diskon nyawa kah?

Setengah jam sebelumnya, Relan menebak dengan benar bahwa orang yang menculiknya adalah Dean.

Dia akui, tingkah Dean akhir-akhir ini sangat aneh nan Sus. Jujur saja kepalanya masih berdenyut sakit akibat pukulan yang di layangkan oleh Dean.

Relan jadi penasaran, kenapa pula orang seperti Dean malah menculiknya.

"Tau nggak, gue nyulik gara-gara apa?" Relan hanya menggeleng tak minat. Dean ini terlihat sok akrab di matanya.

Dean hanya tersenyum dengan tatapan yang tak biasa, "Gue hanya jiwa yang kesasar, gue bukan Dean yang asli. Ah, begini, saat pertama kali liat wajah lu yang manis, gue... Langsung jatuh cinta."

"Ah... Gue juga harus main solo di kamar mandi saat teringat wajah lu ini." Dean mengelus pipi Relan sangat pelan. Cahaya di matanya tersorot sebuah obsesi besar.

Dean sedari tadi tidak henti-hentinya tersenyum seperti orang yang tidak waras, sampai Relan sendiri sangat jengah melihatnya.

Walaupun begitu, Relan sedang memutar otaknya bagaimana cara agar dirinya bisa kabur dari tempat tersebut. Dan ia juga merasa jika Dean ini pribadi yang berbahaya, dapat di lihat dari tatapannya yang tak biasa.

"Honey?"

"..."

'Jijik bangsat!'

Melihat Relan yang diam tak menyahut, wajah Dean menggelap tanda ia marah.

"Relan?"

"Ungh..." Relan tersentak sekaligus meringis karena bahu nya di tekan begitu kuat. Tubuhnya didorong agar telentang di atas kasur, dan sekali lagi ia di cekik oleh Dean. 

Dean seperti seorang Psikopat, ia hanya mengeluarkan smirk-nya saat mencekik Relan.

'Enakan cekikan bang Yuno.' walaupun dalam keadaan yang kurang bagus, Relan malah memikirkan hal lain. Kesulitan nafas dikit nggak ngaruh.

Dean bergerak mendekat, incarannya adalah bibir Relan. Walaupun itu tampak membengkak, ia tetap tergoda.

Dekat semakin dekat, Dean menempelkan bibirnya dengan bibir Relan, mata keduanya saling bersitatap.

Transmigrated and Owned a HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang