21.

21.7K 1.6K 34
                                    

"Heum..."

Relan memaksa kelopak mata nya untuk terbuka. Ia merasa, kalau dirinya tidur terlalu lama. Tidak tahu apakah ini malam, pagi atau siang (?).

Menggeliat lalu duduk di atas ranjang dengan malas. Mata nya sayu karena masih mengantuk.

"Shhh.... Aduh~" Relan meraba area pinggangnya yang terasa nyeri dan sakit.

"... Jam berapa sekarang ya?" monolognya, lalu melirik ke arah jam di atas nakas dan sedikit terkejut. "Anjir! udah jam 12 siang?!" Relan tersenyum masam. Akibatnya ia tidak masuk sekolah hari ini.

"Udah bangun ternyata." di ambang pintu, terlihat Rein berdiri dengan bersedekap dada.

"..."

"... Apa? Mau marah karena nggak di bangunin?"

Relan, "..." melihat Relan yang terdiam, Rein menduga ucapannya benar. Dan buru-buru untuk menjelaskan, "Itu... aku juga baru bangun setengah jam yang lalu." dengan sedikit ragu Rein untuk mengatakan hal tersebut.

"Oh."

"..." bibir Rein sedikit berkedut karena kesal.

"Oh? Itu saja?"

"Ya, terus?" menghela nafas sabar, Rein mendekat kearah Relan yang masih duduk di atas ranjang.

Tersenyum aneh lalu memegang pundak Relan dengan erat.

"Mau ngapain?" Relan bertanya. Dan alih-alih menjawab, Rein menekan dan mendorong tubuh Relan agar berbaring di atas ranjang tersebut.

"Relan, bagaimana kalau kita menjadi sepasang kekasih?"

"..." Relan berpikir, otak di kepala Rein telah bergeser dan membuat nya menjadi tidak waras.

Berpura-pura tidak mendengar ucapan Rein sebelumnya, Relan tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

"Diam mu ku anggap sebagai jawaban, IYA."

Relan, "... 💢" dahi nya berkerut karena kesal. Bagaimana bisa orang seperti Rein memutuskan sesuatu sesuka hati nya?

"Minggir! Kau tau? Tubuh mu itu sangat berat, dasar Titan!" Relan berusaha mendorong tubuh Rein dari atas tubuhnya. Jujur saja, sekujur tubuhnya masih terasa nyeri.

"Tidak akan, sebelum kau mau menjadi pacar ku!" Rein tidak akan melewatkan kesempatan ini. Jadi, ia dengan keras memaksa Relan untuk menjadi kekasih nya.

Ini bukan candaan maupun lelucon, Rein bersungguh-sungguh menjadikan Relan sebagai kekasih nya. Ia menyukai, ia mencintai Relan!

"Aku serius. Aku menyukai mu, Aku mencintai mu, Relan." sungguh ucapan yang terdengar tulus. Relan menjadi diam untuk beberapa saat, ia kira Rein hanya iseng belaka.

Rein tidak suka Relan terlalu banyak diam, ia butuh kepastian. "Relan. Sungguh aku mencintai mu." ucapnya sekali lagi. Menekan Relan di bawahnya yang masih terdiam.

"Ini... terlalu tiba-tiba dan mengejutkan ku, kau tau?" Relan berkata dengan sedikit enggan.

"Hmm, jadi?"

"Itu—"

"Aku tidak menerima penolakan!"

"!!!" detik selanjutnya, Rein menyerang bibir Relan dengan sebuah ciuman. Ciuman yang terbilang tidak terlalu lembut.

"Hmh~ Rein—!"

Relan tidak di berikan kesempatan untuk protes. Rein bahkan lebih ganas dengan ciuman nya kali ini.

Melihat Relan yang berusaha melepaskan tautan bibir mereka dengan memberontak, membuat Rein menekan lebih kuat lagi tengkuk leher anak itu.

'Mencium mu adalah hobi baru ku, khehe~' Rein membatin senang tanpa melepaskan tautan bibir mereka. Mencium Relan adalah candu nya sekarang.

Transmigrated and Owned a HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang