29. 🔞🚩

26.3K 900 34
                                    

Rate 19+
Dibawah itu harap minggir


********


"Tidak! Tidak boleh!"

"Relan tidak boleh membenci ku!" Arsel berteriak marah sambil menekan kuat tubuh Relan di atas kasur. Ia marah, itu karena Relan mengatakan 'aku membenci mu, bajingan'. Tentu saja respon Arsel sangat tidak santai, bahkan ingin memukuli Relan detik itu juga.

Sayangnya, Relan dalam kondisi sekarat saat ini, itu pun kondisi  sekarat tersebut Arsel sendiri yang perbuat sebelumnya.

Arsel terus menatap kearah Relan yang berbaring lemah di atas kasur. Anak itu telanjang, hampir di sekujur tubuhnya di penuhi memar maupun tanda kemerahan. Kissmark atau cupang tertampang jelas di tubuh telanjang tersebut.

Kaki dan tangan yang di rantai, membuat Relan tak bisa berbuat apa-apa.

Arsel mendekatkan dirinya kearah Relan, lalu memeluk tubuh anak itu cukup erat. Sebenarnya, Arsel juga dalam kondisi telanjang sama seperti Relan.

Relan yang di peluk hanya diam tanpa berniat untuk buka suara. Keheningan tersebut berlangsung selama dua menit lebih, sebelum Arsel berucap. "Relan tidak boleh membenci ku," ucapnya tegas.

"Aku melakukan ini karena aku mencintaimu, Relan."

'Bajingan ini penuh omong kosong. Ini bukan cinta.' 

"Relan?"

"RELAN!!"

"Uhkk— !"

"Kenapa kau hanya diam?!" Arsel berseru marah, rambut belakang Relan ia tarik dengan kekuatan besar, sehingga anak itu meringis sakit.

"Bicaralah pada ku, Relan! Kau tidak boleh membenci ku!"

"Oh, apakah aku harus mengulangi perbuatan ku sebelumnya? Menyetubuhi... mu?"

"T-tidak! Ku mohon... jangan lakukan itu— ahhk~"

"Relan...? Kau berbicara padaku? Kau tidak membenciku kan?"

"Hahaaa! Apakah ini hanya palsu? Relan kau tidak sedang berpura-pura kan?" takut hanya bersandiwara, Arsel seperti orang gila mendesak Relan untuk berkata jujur. Jambakan rambut Relan semakin kuat dibuatnya.

"Arsel... Kepala ku sakit. Rambut ku..."

"Katakan kau mencintai ku."

"Katakan!"

"Ugh!"

"Katakan itu dengan mulut mu, Relan." perintahnya dengan suara tegas.

Alih-alih menjawab, Relan hanya diam sesekali meringis kecil. Tarikan rambutnya yang di lakukan oleh Arsel tak mengendur sedikit pun, malah semakin mengencang. Terlebih lagi Relan telah mengabaikan perintah si dominan, membuat suasana ruangan tersebut kian mencekam.

Karena tidak mendapatkan jawaban, Arsel melumat bibir Relan dengan kasar. Jari-jari tangannya bermain di lubang milik Relan.

"Ahk! Uhh..."

"Aku mencintaimu~"

"Aku mencintaimu~"

"Aku mencintaimu~

".... Arsel, bedakan cinta dengan obsesi. Mereka tak sam— uhkk!"

"Terus kenapa?! Apa yang salah?!" nafas Relan tersendat karena di cekik.  Sedangkan Arsel, setelah menumpahkan cairan pelumas kebagian bawah Relan, ia bersiap memasukan miliknya kedalam sana.

Transmigrated and Owned a HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang