3.

52.5K 4.6K 79
                                    

Tidak terasa, malam dengan cepat berganti terlebih lagi hari ini terlihat cerah.

Relan masih nyaman dengan tidurnya, bahkan menarik selimut kembali dan menutupi seluruh tubuhnya.

"Eugh..." lenguhan kecil keluar dari bibir kering nya. Dengan enggan Relan bangun, menguap sekilas dan mengucek matanya, berusaha mengumpulkan beberapa persen nyawa yang belum terkumpul.

Dirasa sudah sadar sepenuhnya, Relan memutuskan untuk mandi. Sangat Rajin.

.
.

"Busset. Nih muka napa cantik banget ya? Tsk! Nggak lakik banget, tapi... Aku suka ngehehe..." ia malah cengegesan tidak jelas sambil menatap kearah cermin. Cukup narsis.

"Karakter figuran macam Relan aja di kasih visual yang mantap jiwa. Yah, aku penasaran dengan visual karakter utama."

Memang benar, Visual Relan di buat agak cantik dan sedikit kawaii.

Khee, siap menggonjang ganjing hati para seme.

Sudah puas dengan berkaca, dan perlengkapan sekolahnya sudah beres. Relan memutuskan untuk turun kebawah dan sarapan.

Berjalan dengan santai melewati koridor yang berdinding kaca mati, Relan sesekali bersenandung iseng.

*ting

Ngomong-ngomong, Relan sudah cukup paham mengenai kediaman Evangelion. Bahkan dia tidak merasa canggung lagi, seperti tadi malam.

Dulu waktu hidup sebagai Elio, dia juga dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan baru seperti saat ini.

"Pagi Mom." sapanya riang.

Irina tersenyum hangat, "Pagi juga bungsu Mama." balas nya tak kalah riang.

"Mau sarapan apa?"

Relan tampak berpikir. Lalu, "Oh. Aku ingin susu coklat sama roti saja." putusnya.

"Ok sayang." Relan mengangguk dan dengan sabar menunggu sambil memainkan ponsel milik Relan terdahulu. Irina dengan segera kedapur dan meminta pelayan untuk menyiapkan sarapan.

Tak lama, anggota keluarga yang lain datang dan duduk di kursi masing-masing.

Terlihat juga, Irina membawa segelas susu coklat panas dan dua lembar roti di piring.

"Terimakasih Mom."

"... Ugh... Sama-sama sayang." Irina tidak kuat, ucapan terimakasih dari Relan terlihat imut di matanya.

Elena mengernyit heran melihat reaksi sang Mommy, lalu menatap kearah Relan yang sedang asyik sarapan tanpa menunggu yang lain.

"Hoi bungsu, tumben sekali bangun pagi?" Elena bertanya.

"Uhm. Tadi malam aku tertidur sangat awal." dan Elena hanya mengangguk.

Ngomong-ngomong, sepertinya Relan merasakan kehadiran seseorang tadi malam di kamarnya saat ia dalam keadaan setengah sadar. Apakah itu hanya perasaannya saja?

Tidak tahu saja, orang yang masuk ke kamarnya semalam, tengah menatap dirinya dengan intens.




Relan terlihat seperti orang katrok, saat memandangi gedung SMA Favorit di depannya.

Btw, Relan di antar oleh sopir atas perintah ayahnya. Sementara Yuno, lebih memilih untuk pergi dengan motor mahal kesayangan nya.

Melihat Relan yang diam bengong, Yuno harus memanggil, "Lan! Ngapain masih di luar sana, ayok masuk." panggil nya setengah berteriak.

Relan tak menjawab tetapi ia mengiyakan ucapan abangnya lalu masuk.

*grep

"... Eh?"

Relan sangat terkejut tiba-tiba saja Yuno dengan sigap menggenggam telapak tangannya.

"Bang?"

"Hmm?"

Sebenarnya, Yuno memperhatikan beberapa murid laki-laki menatap lapar ke arah adiknya. Itulah sebabnya, Yuno berinisiatif untuk menggenggam erat tangan Relan.

Keduanya melewati koridor dengan Yuno berekspresi lempeng dan tentu saja ekspresi dari Relan adalah ekspresi kebingungan.

Beberapa siswi memekik gemas melihat kearah Relan, sebagian jatuh cinta dengan visual Yuno.

"RELAN!"

"Huh?"

Dengan refleks, Yuno dan Relan menoleh kebelakang. Terlihat seorang pemuda tampan berlari kecil kearah mereka.

"Pagi Elan." sapanya penuh cinta. Shakiel Alvinda, bocah tampan dengan tinggi sekitar 186-an sepantar dengan Yuno.

Biasa di panggil Shaki, dia adalah sohib dari Relan.

'Hee... Temannya Relan OG ya?'

"Humm, Pagi juga."

Tatapan mata Shakiel semakin berbinar, ketika Relan membalas sapaannya.

"Ahem! Lan, kakak masuk ke kelas dulu. Dan kamu! Jaga adik ku baik-baik!" ucapnya sedikit dingin lalu meninggalkan area tersebut.

"Ashiapp!" balas Shakiel sedikit jahil.

"Elan, ayo ke kelas." dengan sedikit modus menggenggam tangan Relan.

Sementara tangan yang di genggam terlihat jengah, kenapa sih orang-orang selalu menggenggam tangan ku? Itulah isi pikirannya.

Yah, di mata para dominan. Relan seperti barang rapuh yang harus di jaga. Jadi, Relan tolong sadar diri! Kamu itu Uke!

.
.
.

TBC~
Votmen lah njing!

Transmigrated and Owned a HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang