Terhitung seminggu sudah Relan tinggal seatap bersama Rein. Tidak ada hal yang menarik saat mereka tinggal bersama, Relan bersyukur Rein tidak segila Arsel yang suka main tangan... Atau...? Rein belum menunjukkan sifat aslinya?
Hari ini, seperti hari-hari sebelumnya, Relan berangkat ke Sekolah bersama dengan Rein, di antar oleh supir pribadi tentunya.
Di tengah keheningan dalam perjalanan, Rein membuka suara, "Relan, nanti sore kamu pulang ke rumah keluargamu, besok pagi aku akan pergi menjemputmu lagi."
Relan menoleh kearah Rein di sampingnya, ia mengangguk kecil menanggapi ucapan pria disebelahnya barusan.
Setidaknya orang ini cukup manusiawi, pikir Relan didalam hatinya. Tidak seperti Arsel yang mengurungnya waktu itu.
"Relan, kiss dulu."
"... Males." Relan menolak dengan cepat.
"Ayolah, Lan. Cium di pipi aja, Please... "
"...."
"Lan... Ó╭╮Ò"
"... Hah..." mau tak mau, Relan mengecup singkat pipi kanan Rein. Walaupun singkat, Rein tetap saja terkekeh senang di sepanjang perjalanan, "Hihi... Rein makin cinta deh sama Relan! ^^"
"...."
Scene berpindah, Relan baru saja tiba di kelasnya, ia duduk dibangku miliknya, mengeluarkan perlengkapan belajar, duduk diam terlihat seperti siswa yang rajin. Ulangan tengah semester sebentar lagi tiba, itulah sebabnya Relan belajar sedikit rajin.
"Pagi, Elan!"
Relan mendongak mendapati Shakiel yang baru saja tiba dan duduk disebelahnya, "Oh, pagi juga."
"Relan sehat?"
"...? Ya, sehat? kenapa? Apa aku terlihat seperti orang yang sedang sakit?" Relan bertanya dengan ekspresi bingung.
"Pasti sakit ya, Lan?"
"Hah? maksudnya?"
"Hehe... Pasti tiap hari, 'kan?" ekspresi Shakiel semakin aneh. Tidak, lebih tepatnya ia memasang ekspresi kesal dibalik senyum palsunya.
Relan, "??"
"Tidak lupakan saja hal ini. Ngomong-ngomong, kau belajar sangat rajin, Relan. Yah, hal yang lumrah sih, karena sebentar lagi akan UTS, 'kan?" Relan hanya mengangguk menanggapi penuturan Shakiel, tiba-tiba saja ganti topik pembicaraan, itulah pikirnya.
Setelahnya, kedua orang ini sama-sama diam, Relan memilih untuk membaca materi di bukunya kembali.
.
.
.
.12.25
Jam istirahat yang kedua ini, Relan memilih untuk berdiam diri dibelakang gedung sekolah lagi seperti yang ia lakukan seperti hari-hari sebelumnya.
Entah kenapa, Relan merasa tenang dengan kesendiriannya. Hawa sejuk yang dirasakannya membuatnya terkantuk-kantuk.
"Loh, Relan-chan?"
'Ahh... Shibal!'
"Mm, Nara? kenapa bisa tiba-tiba di sini?" Relan bertanya sedikit ogah-ogahan.
"Kena hukuman bersihin halaman sekolah, lupa ngerjain PR." Jawabnya dengan nada ceria.
"...." Kenapa kau terlihat senang?
"Nah, Relan-chan. Sekarang giliranku yang bertanya, kenapa kau disini?" Nara balik bertanya dan duduk disamping Relan.
"Karena aku menyukai tempat ini," jawabnya dengan suara rendah. Nara juga ikut berbaring disisi kiri Relan, keduanya memandang langit biru diatas sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrated and Owned a Harem
Teen FictionBagaimana jadinya jika seorang Fudanshi masuk ke dunia novel? Dia Elio, yang tiba-tiba saja ber-transmigrasi dan masuk ke novel BL Harem. Dimana ia hanya berperan sebagai Figuran numpang lewat, dan itupun berakhir mati konyol. Tapi.... "Bangsat...