33.

4.7K 443 28
                                    

"Kamu cantik, tidak heran anakku begitu tergila-gila padamu."

"Sayang sekali jika orang sepertimu tidak menjadi bahan obsesi, Arsel keputusanmu sudah tepat."

"..." Relan yang mendengar penuturan dari mulut Ayah Arsel itu sendiri mendadak menjadi sensitif.

Kesal.

Dia kesal, karena rasa-rasanya Ayah dari Arsel itu terlihat agak aneh? Bahkan menurut Relan si tua bangka itu maupun Arsel sendiri, sama-sama memiliki kepribadian yang gila(?)

Memiliki sifat yang obsesif mungkin?

Bahkan Relan yakin 100% segala tingkah laku dari Arsel itu turunan dari Ayah-nya. Baik dari segi fisik maupun visual, keduanya mirip.

Walaupun sibuk berperang batin, Relan masih bisa mempertahankan ekspresi wajahnya meskipun ada rasa-rasa jengkel yang hinggap dihati.

"Relan, Sayang, ingin makan apa? ^^"

"... Sup." Meskipun singkat, Arsel senantiasa tersenyum lebar. Mengambil Sup hangat untuk Relan-nya.

"Makanlah yang lahap. ^^" Relan mengangguk terlihat patuh kali ini.

Saat fokus makan, Relan baru tersadar jika ada seorang wanita paruh baya yang duduk di kursi tepat didepannya. Ia yakin jika itu adalah ibunya Arsel. Tapi, dimata Relan, wanita di depannya ini sangat pendiam dan terlihat Stress?

Tatapan matanya terlihat kosong, wanita itu makan dengan gerakan pelan dibawah tatapan suaminya sendiri.

Ada yang tidak beres dengan situasi tersebut.

"Oh, perkenalkan dia ibuku, Relan. Panggil dia Mama mulai sekarang." Arsel tiba-tiba saja berkata seperti itu, yang mana membuat Relan mengernyit bingung.

Aryanto, Ayah dari Arsel mau tak mau tersenyum simpul kearah Relan. Melihat hal ini tentu saja membuat anak itu semakin keheranan. Ada apa ini??

"Relan sudah selesai?"

"Oh... Iya."

Arsel tersenyum lalu menggenggam tangan Relan, "Sekarang, kita harus kembali ke kamar." Ujarnya.

"..."

'Apa?! Ke kamar itu lagi?? Yang benar saja!!?' 

"Eung... Arsel... Relan ingin jalan-jalan di sekitar sini."

"..."

"Relan?" Arsel melotot horor mengintimidasi Relan didepannya.

"Biarkan dia Arsel, biarkan dia berjalan disekitar sini sekali saja." Aryanto menginterupsi.

Arsel tidak terima dan memarahi Ayahnya, "Ayah!?" Serunya dengan suara yang cukup nyaring.

"Sekali itu saja." Sekali lagi Aryanto berucap santai dengan penuh ambigu.

"Tidak." 

Arsel langsung menyeret Relan keluar darisana. Langkahnya begitu cepat sehingga Relan kesulitan untuk mengimbangi. "Arsel, Please, pelan-pelan."

"Masuk, jangan pernah berpikir untuk keluar!" dia membanting Relan keatas kasur, memasang kembali rantai berwarna emas tersebut di salah satu pergelangan kaki Relan.

"..."

"Selama kau patuh, aku tidak akan menyakiti mu." Ia berpesan dengan sedikit ancaman. Sebelum pergi, Arsel mengecup bibir Relan dengan singkat, setelahnya ia pergi dengan wajah gelap.

"..?"

'Si gila itu kenapa???'  Relan hanya menatap prihatin pergelangan kakinya yang di rantai. Setelah Arsel pergi, kamar tersebut jatuh dalam keheningan. 

Transmigrated and Owned a HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang