29 : A Chapter (Part 03)

73 6 0
                                    

Part 03 : Memories Come To Remember

oOo

Sebenarnya setelah bertemu dengan Cassie waktu itu, Travis benar-benar memilih waktu sendiri. Ia menatap kotak yang sempat diberikan oleh Cassie saat di kedai waktu itu. Hanya melihat, tak ia buka. Ia tau, kalau ia buka mungkin ia akan benar-benar depresi dan akan datang mengemis cinta pada gadis itu sesuai perkataan Cassie waktu itu.

Travis benar-benar berpikir kalau memang lebih baik ia melupakan semua kenangan bersama Cassie sewaktu mereka pacaran. Lagipula, harus Travis akui hubungan mereka tak selalu mulus. Hampir setiap hari mereka akan bertengkar dan tak ada satupun yang mau mengalah.

Jika kalian berharap Travis mengalah dan mengucapkan maaf, maka kalian salah. Ia takkan mengucapkan kata maaf kalau memang bukan ia yang salah. Lagipula, ia tak pernah memanjakan Cassie sejak awal mereka pacaran. Ia menyukai Cassie karena gadis itu tidak manja dan dengan begitu, Travis yakin kalau gadis itu akan menerima Travis apa adanya. Travis bukanlah orang yang pintar. Selama kuliah, ia takkan pernah paham dalam sekali belajar. Kadang, dosennya akan menanyakan pada Travis apakah Travis paham atau tidak di sela-sela perkuliahan berlangsung. Hanya memastikan bahwa mahasiswanya itu paham atau tidak. Travis sering menghabiskan waktunya dengan mempelajari ulang materi yang diajarkan di kelas. Terkadang ia bisa lupa waktu dan jika tidak dipaksa makan, mungkin ia takkan makan.

Dulu, sebelum bersama Cassie, Kath yang akan mengingatkannya makan. Namun, Travis tidak ingin egois. Ia tau sahabatnya itu sudah punya pacar, bahkan sejak mereka masih di bangku Sekolah Menengah, Travis tau hubungan sahabatnya itu sudah dimulai. Ia juga paham kalau terkadang pacar Kath suka cemburu padanya, oleh karena itu ia cukup mencoba menjaga jarak dengan Kath dan mengurangi intensitas pertemuan mereka, hingga akhirnya di Perguruan Tinggi ia bertemu dengan Cassie.

Berbanding terbalik dengan Kath yang ceroboh, Cassie adalah tipe gadis yang sempurna. Ia bahkan termasuk gadis yang pintar di Jurusannya. Berasal dari keluarga terpandang membuat gadis itu semakin sempurna, hanya saja satu yang Travis sayangkan. Cassie adalah tipe pencemburu. Memang Travis akui, persahabatan lawan jenis cukup jarang terjadi dan cenderung berakhir dengan perasaan cinta. Namun, Travis dan Kath benar-benar murni berteman. Bahkan bagi Travis, Kath seperti adik kecilnya. Jadi, ia tak menyukai Kath dengan definisi pria pada wanita seperti pada umumnya.

Namun, Cassie? Travis bisa mengatakan jika perasaannya pada gadis itu benar-benar berbeda dengan perasaannya pada Kath. Ia benar-benar menyukai Cassie yang definisi pria pada wanita. Ia cemburu saat Cassie dirangkul oleh pria lain walaupun pria itu adalah teman sekelas gadis itu. Biasanya alasan mereka bertengkar adalah kedekatan Cassie dengan teman-teman sekelasnya yang memang kebanyakan laki-laki dan kedekatan Travis dengan Kath yang kadang dinilai Cassie berlebihan.

Karena keasyikan melamun, Travis pun tersadar saat mendengar ponselnya berdering. Memang beberapa saat yang lalu ponselnya tak henti-hentinya berdering, tapi ia terlalu malas untuk menjawabnya.

Tapi kali ini ...

"Halo?"

... entah dorongan dari mana, ia memilih menjawab panggilan masuk tersebut.

"Kau-di mana?"

Suara itu.

Suara merdu yang sudah lama tak Travis dengar hampir lima bulan terakhir.

Mantannya, Cassandra.

Travis tersenyum tipis seolah melupakan fakta bahwa mereka sudah putus. Ia begitu merindukan suara merdu Cassie yang mengalun lembut di telinganya. Suara Cassie kali ini terdengar seperti saat mereka masih baik-baik saja, tidak seperti terakhir kali mereka bertemu-di kedai waktu itu.

[END] SHORT STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang