11 : Regret?

1.2K 48 1
                                    

Regret? © Rina Khafizah

Sinopsis singkat :
(*terinspirasi oleh lagu Dreamcatcher yang berjudul Scream. Menceritakan bagaimana pembullyan membuat beberapa orang menutup mata dan memilih menulikan pendengaran mereka hingga mereka lupa bagaimana berkata-kata baik.

Note : I'm not InSomnia but I like Dreamcatcher’s songs. I like their style and their concept. Keep it up for Dreamcatcher! Wish you all the best.



Mereka seperti iblis. Hanya tertawa saat melihat seseorang diperlukan seperti binatang. Apa mereka tak merasa kasihan, bagaimana jika mereka yang berada di posisi korban?

“Akhhh!”

“Apa jalan ini terlalu kecil hingga kau menabrak tiang, ha?”

Nada meremehkan terdengar dari suara gadis berambut pirang itu. Ia benar-benar seperti seseorang yang memimpin kelompok pembullyan itu dan gadis berambut hitam dikuncir kuda itu adalah targetnya.

Tak ada yang salah, gadis itu berjalan pada jalan yang harusnya kosong tapi orang-orang itu saja yang tiba-tiba bercanda dengan saling dorong hingga salah satu dari mereka menabrak gadis malang itu dan membuatnya menabrak tiang di sana. Bukannya minta maaf, mereka malah mengejeknya.

“Maaf, aku ti—”

“Heh, apa seharusnya kamu yang minta maaf? Wah, sepertinya kamu benar-benar bodoh.”

“Hahaha, betul. Dia yang sakit tapi dia yang minta maaf. Benar-benar bodoh.”

“—eum ... kumohon, biarkan aku lewat. Aku hanya ingin belajar dengan tenang hari ini,” Gadis itu menundukkan kepalanya dan menggenggam erat tali tasnya. Kentara sekali ia ketakutan.

“Apa barusan kamu mengatakan jika kami mengganggu? Kamu mau bilang kami ini pembully? Wah! Mulutmu benar-benar butuh diajari!”

Salah seorang dari gadis-gadis itu menarik si korban hingga gadis malang itu terjerembab ke lantai. Bahkan rok sekolahnya tersingkap hingga memperlihatkan celana dalamnya.

Bukannya iba, mereka malah tertawa dan bahkan mengabadikan momen itu dalam foto. Gadis malang itu menahan isakan dan membenarkan roknya lalu berdiri.

“Maafkan aku,”

Masih saja ia meminta maaf padahal bukan ia yang salah. Bukannya minta maaf mereka malah tertawa, alhasil gadis malang itu pun berlari pergi. Mungkin toilet adalah tempat untuk menumpahkan rasa malunya sekarang.

Kembali para pembully. Mereka masih tertawa ketika melihat foto si korban tadi.

“Jika ini beredar di web Sekolah, dia pasti sangat malu! Hahahaha...”

“Kau benar, dia pasti malu. Ayo sebarkan!”

Sembari tersenyum, mereka mengirimkan foto itu ke dinding web Sekolah mereka dan benar saja. Baru beberapa menit foto itu terpajang di sana, sudah banyak akun murid-murid yang bermunculan di sana. Bukannya membela atau meminta foto itu dihapus, mereka justru mengolok-olok gadis yang ada di foto.

____________________________________

Ddszn : lihat, dia benar-benar menyedihkan. Hahahah

fscZgan : astaga, aku benar-benar akan menggantung diriku jika jadi dia. Hahaha, benar-benar menyedihkan. Cupu sialan.

Hhehs : hei, kenapa aku tidak di sana? Kau tau, jika kau ingin melakukan itu lagi, kabari aku. Aku ingin merekamnya atau melakukan live di Instagram. Pasti seru.

Pseavd : wah, dia benar-benar bodoh. Kenapa diam saja? Pantas saja dirundung terus. Hahaha

Kevbns : kelihatannya dia manis. Pernah mencobanya?

Henens : Bodoh, kenapa aku tidak ada di sana? Kau tau, aku akan tertawa paling keras.

Jsvanah : gadis gila.

Hsbandh : Hahahaha, dia begitu bodoh.

Kanveee : fscZgan, kau benar. Aku akan gantung diri jika jadi dia. Benar-benar bodoh. Hahahaha.

Tabsjsje : Kevbns, aku tidak tau kau suka dengan tipe gadis seperti itu. Lihatlah dia! Dia kelihatan bodoh.

Yensnev : Aku kenal dia. Dia si cupu dari kelas 12 B

Hdnan : Yensnev, siapa peduli dia dari kelas mana? Selama aku menikmati hal ini, aku akan selalu tertawa. Hahahaha

____________________________________

Di sisi lain, yang menjadi korban hanya bisa menangis dengan memegangi ponselnya. Ia membaca semua komentar yang ada di postingan itu dan ia benar-benar malu. Seluruh Sekolah menertawakan dirinya dan tak ada yang mau menolongnya? Apakah semua orang baik sudah tiada?

“Hiks ... Ibu, aku benar-benar bodoh, ya?”

Gadis itu terisak dan menutup wajahnya. Saat ini ia sedang duduk di dalam bilik toilet dan meratapi nasibnya. Ia seperti tak memiliki wajah untuk menampakkan diri.

“Astaga, gadis di postingan itu benar-benar menyedihkan, ya?”

“Kau benar. Hahaha, jika aku jadi dia, aku benar-benar malu.”

“Mungkin dia sudah tidak punya urat malu.”

“Bisa jadi. Hahaha,”

Gadis itu semakin sedih saat mendengar suara murid yang masuk ke toilet dan mereka merundungnya juga.

Haruskah aku mati saja agar penderitaan ini berakhir? Batinnya.

Terkadang dibully seperti tadi memang menyakitkan tapi dirundung dengan kata-kata juga tak jauh berbeda. Kau tau? Apapun jenisnya pembullyan bukanlah hal yang dibenarkan.

[END] SHORT STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang