Part 03 : Next Plan
oOo
Rachel membulatkan matanya menatap Ashley tak percaya, sedangkan Anna memekik tertahan dengan wajah memerah.
"Tunggu, kalian apa?! Kau serius?" tanya Rachel.
Ashley mengangguk malu. "Wah, ternyata Justin tipe pria yang seperti itu. Sudah kubilang, kencan kalian akan sangat lancar!" ucap Anna senang.
Rachel mengangguk setuju, "lalu dia benar-benar menemanimu sampai pagi, kan?" tanya gadis itu lagi.
Ashley mengangguk, "begitu aku bangun, dia masih tidur. Dia tidur dengan posisi duduk di sofa, jadi saat aku mandi dan bersiap-siap untuk membuatkannya sarapan, dia menerimanya. Ini mungkin bukan pertama kalinya dia menginap, hanya saja ini pertama kalinya dia tidak pulang terburu-buru. Biasanya sebelum aku bangun, dia sudah pulang dan mengirimkan pesan padaku jadi saat aku bangun dan mengecek ponselku aku tahu dia sudah pulang."
Anna menyeringai lebar, "jadi bagaimana rasanya dicium lebih dulu oleh Justin?" Rachel ikut-ikutan menyeringai.
Ashley memegangi kedua pipinya, ia merasa malu. "Aku malu sekali! Rasanya aku tidak berani menatap matanya untuk beberapa hari ke depan."
Anna dan Rachel tertawa gemas. "Oh, yang benar saja?! Jangan berkata seperti itu. Ini adalah awal hubungan kalian untuk lebih baik ke depannya. Selanjutnya kau harus mempunyai beberapa rencana lagi supaya Justin tidak begitu pasif dalam hubungan kalian," ucap Anna yang disetujui oleh Rachel.
Ashley menautkan alisnya seolah bertanya. Rachel menambahkan, "Anna benar. Ini adalah awal dimana nantinya hubungan kalian akan menjadi lebih baik. Justin tidak akan bersikap pasif lagi nantinya. Kau juga takkan terkesan menjadi satu-satunya yang berusaha di sini. Mungkin Justin tidak akan menjadi yang paling aktif tapi setidaknya dia akan sesekali mengambil langkah lebih dulu, iya kan?"
Ashley mengangguk paham, "jadi rencana selanjutnya apa?" tanya Ashley.
Anna terlihat berpikir. "Kesibukan Justin itu membuat esai, kan?" tanya Rachel tiba-tiba. Ashley mengangguk, "iya, kenapa?" tanya gadis itu.
Anna juga ikut menatap Rachel bingung. "Kau tertarik mencoba membuat esai?" tanya Rachel pada Ashley.
Baik Ashley dan Anna menatap Rachel bingung. "Aku tidak begitu yakin, maksudku aku tidak terlalu bagus dalam membuat esai. Aku hanya terbiasa mereview makanan," jawab Ashley.
"Kalau begitu buat ulasan tentang review makanan. Bukankah itu mirip dengan esai? Ya, walau lumayan berbeda susunannya tapi cukup untuk rencana kali ini," ucap Rachel.
"Tunggu dulu! Jelaskan dulu rencanamu pada kami!" ucap Anna bingung.
"Kita bisa membuat Ashley ingin diajari membuat ulasan yang bagus pada Justin. Mungkin dia akan menolak karena besar kemungkinannya, tapi tidak apa. Seperti rencana tadi malam, selalu ada celah untuk membuat pria itu mengatakan iya. Jika bisa membuat Justin berkata iya maka kalian pasti akan menghabiskan waktu bersama-sama lagi. Coba bayangkan, Justin membantumu membuat ulasan. Selama di sana kau bisa mencari kesempatan untuk memancing reaksi Justin." Rachel menjelaskan.
Anna menatapnya paham, "benar juga! Justin mungkin tipe yang lebih senang di zona nyamannya sendiri. Menariknya keluar secara langsung itu cukup sulit, jadi satu-satunya cara kita memancing dia keluar zona nyamannya sendiri dengan masuk ke zona nyamannya dulu."
Rachel mengangguk setuju, "pintar! Itu dia maksudku."
"Tapi apa aku bisa? Tadi malam dia datang ke tempatku karena aku bilang ada yang mengikutiku. Kalau yang ini, aku tidak yakin dengan alasan apa," ucap Ashley.
"Dia kenal bosmu?" tanya Rachel pada Ashley.
Ashley mengangguk, "aku sering menceritakannya pada Justin."
"Siapa atasanmu yang paling menyeramkan?" tanya Rachel.
"Tidak ada yang terlalu menyeramkan, hanya saja mungkin ada yang begitu perfeksionis. Beberapa kali review milikku direvisi sebelum dimuat," balas Ashley.
"Kau berniat menjadikan atasan Ashley sebagai alasan?" tanya Anna pada Rachel.
"Salah satunya, tapi itu mungkin tidak mendorong begitu besar," jawab Rachel.
"Lalu?" tanya Ashley.
Rachel menatap Anna, "kita buat akun palsu. Kita buat komentar jahat di salah satu review milik Ashley."
Anna membulatkan matanya, "apa? Kau gila! Nanti rating makanan yang direview Ashley bisa turun," balasnya.
"Tidak, hanya sementara. Kita pastikan saja sampai Justin melihatnya lalu setelah sudah kita ubah komentar itu. Setelah Justin melihatnya, aku yakin dia pasti sangat khawatir pada Ashley. Bosnya selalu membuat pekerjaannya tidak mudah dan kemudian ada komentar jahat di review Ashley. Itu cukup dijadikan alasan supaya Ashley bisa terlihat murung dan meminta bantuan Justin agar membantunya membuat ulasan yang bagus. Pastinya, jika Justin menyayangi Ashley, dia tidak akan membiarkan Ashley dirundung siapapun," ucap Rachel.
Ashley menatap Rachel dengan tatapan mata yang berbinar, "RACHEL! KAU JENIUS!" ucapnya.
Rachel tersenyum bangga, "tentu saja. Aku ini punya otak," sahutnya.
Anna memicingkan matanya kepada Rachel, "dan kau mau bilang kalau aku tidak punya otak? Rencana kemarin itu rencana milikku. Justin mencium Ashley dan itu membuktikan aku punya otak," ucapnya kesal.
Rachel menatapnya bingung, "memang kapan aku bilang kau tidak punya otak?"
Anna menunjuk ke arah Rachel dengan kesal, "ITU! BARU SAJA KAU BILANG!"
Rachel memutar bola matanya jengah, "Ashley, dimana kau memungut teman seperti ini? Seharusnya jangan kau pungut, dia mungkin terkena virus rabies," ucapnya pada Ashley.
Ashley terkekeh kecil, "terlalu lucu untuk tidak dipungut. Dia cukup membantu dalam masa-masa sulit," balasnya.
Mendengar itu, Anna menatap Rachel seolah menyombongkan diri. "Kau dengar itu! Aku membantu di masa-masa sulit!" ucapnya.
Rachel berdecak kecil, "iya, membuat masalah tambah rumit," ucapnya malas.
Anna menatap Rachel kesal, "RACHEL! JANGAN MERUNDUNGKU TERUS!" ucapnya terdengar merengek.
Ashley tertawa kecil melihat bagaimana Anna merengek kepada Rachel sedangkan Rachel terkesan tak peduli.
"Ashley, bantu aku! Rachel merundungku terus!" ucap Anna mengadu pada Ashley.
Rachel mendelik kecil, "memangnya Ashley itu Ibumu? Diamlah, Anna. Makan saja makananmu."
Anna merengut kecil, "pastikan kau membayar makanan ini, Rach!"
Rachel menggeleng, "bukan urusanku!"
"RACHEL!!!"
"Sudahlah, aku yang bayar. Jangan bertengkar. Kalian dilihat orang-orang. Terkesan seperti anak kecil yang bertengkar karena berebut mainan," lerai Ashley.
"Dan pastinya aku yang mendapatkan mainan itu, bocah satu ini pasti yang kalah dan merengek tidak jelas," ucap Rachel acuh.
"HEI! ITU PERUMPAMAAN DAN JANGAN PANGGIL AKU BOCAH!" jerit Anna kesal.
"Lihat, kan?" ucap Rachel pada Ashley.
Ashley mengangguk singkat hingga Anna menatap Ashley tak percaya. "Ashley? Kau tidak membelaku?" tanyanya.
"Aku membela diriku sendiri," jawab Ashley.
"Tapi kau mengangguk setuju!" balas Anna.
"Hanya mengangguk, belum tentu aku setuju pada Rachel, kan?" tanya Ashley.
"Benar, kau pasti setuju denganku!" ucap Anna.
"Ya, terserah. Makan saja cepat. Aku harus kembali sesegera mungkin," ucap Rachel.
Anna mendelik kecil, "dasar sok sibuk!"
"Aku memang sibuk, Anna."
oOo
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] SHORT STORIES
Historia Corta[ B E L U M R E V I S I ] Kumpulan cerita pendek karya saya. Jika ada beberapa pembaca yang menyukai salah satu cerpen dan minta dibuatkan sequel, maka akan saya pertimbangkan. Semoga suka, ya. [ baku • short story • original • flash fiction • cerpe...