37 : It's You (Part 07)

106 9 0
                                    

Part 07 : Sweet Date

oOo

Ashley saat itu benar-benar akan pergi tidur jika saja bunyi bel tak menginterupsinya. Gadis itu berjalan menuju pintu depan dan begitu membukanya, ia melihat seorang kurir sedang berdiri di depannya.

"Nona Ashley?" tanya kurir itu sesekali melirik nama paket yang ia bawa. Ashley mengangguk mengiyakan kemudian kurir itu menyerahkan paket yang ia bawa lalu kemudian meminta Ashley menandatangani tanda terima. Setelah selesai, kurir itu berlalu pergi meninggalkan Ashley yang berteriak memanggil kurir itu lagi.

"Paket apa sih? Rasanya aku tidak memesan apapun," ucap Ashley sembari menutup pintu. Begitu tiba di ruang tengah, gadis itu membuka paket yang tadi ia terima.

"Eh, coklat? Kenapa ada banyak coklat di dalamnya? Ini chocolate box, kan? Tapi siapa yang mengirimkannya?"

Ashley mengambil ponselnya lalu bertanya pada Rachel atau Anna. Siapa tau mereka memesan paket dan salah alamat, bahkan ia juga menanyakan keluarganya siapa tau itu dari mereka, tetapi tak ada satupun dari mereka yang mengiyakan.

"Bukan mereka, lalu siapa?" gumam Ashley.

Gadis itu kembali menatap kontak-kontak di ponselnya hingga satu nama terlintas di benaknya. "Masa dia? Ah, tidak mungkin. Mana mungkin dia begitu. Dia pasti takkan melakukannya. Oh, mungkinkah aku sedang menang giveaway? Pasti giveaway! Wah, betapa beruntungnya aku! Hihi, siapapun pengirimnya, aku benar-benar berterimakasih!"

Nyatanya, setelah itu bukan hanya cokelat yang diterima Ashley. Beberapa hari berturut-turut, Ashley menerima paket dengan berbagai isi, mulai dari bubuk kopi kesukaan Ashley, pakaian, sepatu, parfum, skincare bahkan aksesoris yang sebenarnya sudah lama ingin dibeli oleh Ashley hanya saja tak pernah terwujud karena ia selalu lupa. Ashley adalah tipe orang yang mudah teralihkan perhatiannya jadi ketika ia akan membeli sesuatu, tapi malah melihat sesuatu ia akan merubah keinginannya dan begitu akan membeli yang tadi jadi membeli yang lain.

Hari itu, Ashley sedang libur dan memilih berkencan dengan movie date di apartemen miliknya. Justin sudah dengan santai duduk di sofa ruang tengah dengan memangku popcorn sedangkan Ashley duduk bersandar pada pacarnya sambil terus fokus ke film yang diputar.

"Wah, filmnya seru. Aku suka sekali akting para pemain. Mungkin kalau mereka membuat sekuelnya, pasti akan semakin seru. Oh, aku haus. Kau mau minum, Justin?" Justin mengangguk mengiyakan. "Minum apa? Aku punya banyak minuman, ada kopi, teh, sirup, soda, oh aku juga punya smoothies. Kau mau apa akan kubiarkan."

Justin tak menjawab karena sedang fokus membereskan selimut yang tadi dipakai Ashley, lalu membersihkan mangkuk popcorn, ya intinya Justin sedang membereskan kekacauan selepas menonton film.

"Ya sudah, kubuatkan apa saja. Kau jangan protes!"

Begitu Ashley berlalu ke dapur, Justin melirik ke arah dapur dan menggeleng pelan. Justin menyusul ke dapur dengan membawa mangkuk bekas popcorn mereka dan melihat Ashley sedang menyeduh kopi untuk mereka. Begitu melihat Justin yang menyimpan popcorn mereka ke dalam lemari makanan, Ashley tersenyum sembari memperlihatkan kantung kopi yang sedang ia seduh.

"Lihat ini, Justin! Aku baru saja menang giveaway kopi! Ini kopi kesukaanku pula. Senang sekali. Bahkan di dalam kulkas masih ada beberapa chocolate box. Hebat, ya? Aku sangat hoki sekali beberapa hari ini. Dapat giveaway terus. Kayaknya ini sedang bulan keberuntungan."

Justin menatap kantung kopi itu kemudian menatap Ashley, "kau suka?"

Ashley mengangguk, "benar! Walaupun aku merasa aneh, tapi ya aku suka dapat barang-barang gratis seperti ini, apalagi semuanya kesukaanku! Siapapun orang itu, aku sangat-sangat berterimakasih. Semoga dia selalu bahagia dan sehat. Oh, Justin. Bawa chocolate box di kulkas, ya? Kita makan di ruang tengah, aku akan bawa kopinya." Ashley berjalan meninggalkan Justin dengan membawa dua gelas kopi.

Justin membuka kulkas Ashley dan mengambil chocolate box yang diminta Ashley. Begitu tiba di sana, Ashley langsung membukanya dan memakan cokelat tersebut.

"Wah, ini jadi makin enak. Cokelat manis dan dingin. Enak sekali! Kau mau, Justin?" tawar Ashley.

Justin menggeleng dan memilih meminum kopinya dengan tenang. Ashley duduk bersandar di sofa dan menatap Justin dengan tatapan serius.

"Bagaimana dengan kafe? Kulihat dari website sepertinya kafe cukup ramai. Bahkan banyak review dari pelanggan. Kau juga menambahkan banyak menu baru," ucap Ashley.

"Iya."

Ashley mengangguk singkat, "mungkin selanjutnya aku akan mereview makanan di kafe. Kalau dengan review dari food blogger sepertiku harusnya lebih menguntungkan, bukan? Aku jadi bisa makan, bekerja dan berpacaran di waktu yang sama. Jenius, kan?"

"Iya."

"Justin, karena kafe sudah sangat ramai, harusnya keuangannya sudah stabil. Kau bisa fokus pada kafe saja daripada menulis esai, kan?" tanya Ashley.

"Sekarang cuma seminggu tiga kali," jawab Justin.

Ashley tersenyum senang, "pantas saja sekarang kau punya waktu untuk berkencan denganku! Hehe, kalau begitu kau juga pasti punya waktu untuk menemaniku bekerja, kan? Kau sendiri tidak harus setiap hari bahkan minggu untuk mengontrol kafe. Kau punya pegawai sendiri untuk mengawasi kafe, lalu menulis esai juga sekarang cuma seminggu tiga kali. Bagaimana kalau besok temani aku mereview makanan di restoran dekat tempat kerja Rachel?"

"Jam?"

"Harusnya jam 9 pagi, tapi kalau kau tidak bisa jam segitu, kabari aku jam kosongmu."

"Oke."

Ashley menatap Justin kaget, "oke? Kau setuju dengan jam 9? Kau tidak sibuk?" Justin menggeleng dan kembali menikmati kopinya.

"Justin, aku suka kencan malam ini. Mungkin kencan selanjutnya, kita pergi makan malam berdua di restoran? Bagaimana? Kau memacari seorang food blogger, jadi pastinya kau takkan jauh-jauh dari makanan. Haha."

Justin tak menjawab, tapi Ashley tahu kalau Justin tak masalah dengan itu. "Ah, aku jadi ingin membeli suplemen diet. Kurasa aku semakin gemuk karena terlalu banyak makan. Eh, tapi kalau aku diet aku tak bisa makan banyak, itu buruk untuk pekerjaanku. Mungkin aku akan beli suplemen vitamin saja. Badan sehat tentu akan membuat pekerjaan menjadi tak terhambat. Benar," ucap Ashley.

Ashley menatap Justin dan langsung memeluk lengan pemuda itu lalu menyandarkan kepalanya di pundak Justin.

"Aku suka kencan malam ini. Terimakasih, ya."

Justin tersenyum tipis tanpa bisa dilihat oleh Ashley.

oOo

[END] SHORT STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang