36 : It's You (Part 06)

121 9 0
                                    

Part 06 : Talk

oOo

Ashley menatap makanan di depannya dengan tatapan malas. Saat ini ia harus membuat ulasan untuk menu baru dari sebuah restoran yang cukup terbilang baru di kawasan tempat tinggalnya. Sebenarnya ia masih lumayan kenyang dan tidak dalam mood bagus untuk mereview, tapi ini adalah pekerjaan dan ia dibayar.

Gadis itu menarik napas panjang dan menyuap makanan tersebut. Sejenak ia mengunyah dan kemudian mengangguk pelan. Ia sudah mendapatkan beberapa kata kunci yang akan dia gunakan untuk ulasan nantinya.

Saat gadis itu akan mengambil buku catatannya, bunyi pintu terbuka menarik perhatiannya. Ashley mendapati bahwa Rachel masuk dengan napas tersengal-sengal. "Ada apa?" tanya Ashley.

Rachel menarik tangan Ashley agar gadis itu mengikutinya pergi. Sebelum keluar dari tempat itu, Rachel berteriak kepada manager yang hendak menghentikan mereka dengan mengatakan bahwa ada urusan yang harus diselesaikan. Mau tak mau manager itu mengiyakannya.

Rachel membawa Ashley masuk ke dalam mobilnya dan kemudian mengemudi menuju suatu tempat yang bahkan Ashley tak tahu. Rachel masih mencoba menarik napas agar ia merasa tenang. Melihat itu, Ashley mengambil botol air mineral berukuran kecil dari dalam tasnya dan menyerahkannya kepada Rachel.

"Terimakasih," ucap Rachel menerimanya. Ashley telah membukakan tutup botolnya, jadi Rachel tinggal meminumnya saja.

"Sama-sama, jadi kita mau kemana dan ada apa?" tanya Ashley.

Rachel menghentikan mobilnya ketika mereka melihat lampu merah. Gadis itu menyerahkan botol minum kepada Ashley dan menatap gadis itu sejenak. "Setelah kau pergi tadi, aku dan Anna bertemu Justin. Dia ... kami terlibat beberapa percakapan," jawab Rachel.

Ashley menatapnya bingung, "maksudnya? Tunggu, Anna tidak menamparnya, kan? Katakan padaku! Justin tidak kenapa-napa, kan? Anna tidak memukulnya atau menamparnya, kan?"

Rachel menggeleng, "Anna hanya mengomelinya dan seperti katamu, Justin hanya diam mendengarkan. Itu bukan masalah! Begini, Justin memintaku agar membawamu ke suatu tempat. Dia bilang, dia perlu bicara denganmu," ucapnya.

Ashley menatap Rachel heran, "harus sekarang? Aku bisa ke tempatnya sepulang kerja atau memintanya ke tempatku."

Rachel menjalankan kembali mobilnya ketika lampu hijau mulai menyala. Gadis itu berbelok di tikungan yang Ashley terasa familiar. Begitu tiba di tempat tujuan, Ashley dan Rachel keluar dari mobil dan masuk ke dalam sebuah kafe yang tertulis tutup di pintunya. Begitu tiba di dalam, ia sudah melihat Justin duduk dengan tenang dan Anna yang berdiri di dekatnya sambil menatap pemuda itu dengan tatapan tajam.

"JUSTIN!!" Ashley berseru dan berlari mendekati Justin. Ia menarik Justin berdiri dan langsung memeluknya.

Melihat itu, Anna langsung memutar bola matanya jengah dan menarik Rachel untuk pergi. Sebelum pergi meninggalkan kedua orang itu, ia sempatkan untuk berkata, "kalau sampai masalah ini tidak selesai aku benar-benar akan menamparmu, Justin."

Ashley menatap Anna dengan tatapan kesal, "jangan menampar Justin, An! Dia pacarku!" serunya kesal.

Anna berdecak kecil dan kemudian menarik Rachel pergi. Seperginya kedua temannya, Ashley menatap Justin dengan tatapan khawatir. "Apa yang Anna katakan? Dia mengomelimu? Apa dia memukulmu? Menamparmu? Katakan padaku! Ada yang sakit?"

Justin menggeleng dan mengisyaratkan agar pacarnya untuk duduk. Ashley menurut dan begitu ia duduk, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru, tempat ini sudah tutup bahkan tak ada pelayan yang bekerja. Benar-benar hanya ada mereka berdua.

"Ini kafe milikku," ucap Justin seolah tahu kalau Ashley bingung.

Ashley menatap pemuda itu kaget, "kau punya kafe? Sejak kapan? Maksudku kau bekerja sebagai penulis esai, kan? Bagaimana bisa kau tiba-tiba punya kafe?" tanya Ashley.

Justin mengangguk paham, "enam bulan setelah berpacaran denganmu aku merintis kafe ini."

Ashley masih tak percaya, "kenapa? Maksudku kau benar-benar butuh uang? Katakan padaku, aku bisa membantu."

Justin menggeleng. Ia mengeluarkan ponselnya dan membuka suatu website. Begitu terbuka, ia menyerahkannya kepada Ashley. Gadis itu mengambil ponsel pacarnya dan melihat apa yang ditunjukkan oleh Justin.

"Ini website kafe? Kenapa menunjukkannya padaku?" tanya Ashley.

Justin menarik napas panjang dan kemudian berucap, "sebenarnya aku sedang belajar untuk semakin mengembang kafe ini. Aku tahu menulis esai cukup banyak menyita waktu dan kau mungkin merasa aku tidak begitu perhatian. Aku minta maaf, aku memang tidak terlalu bisa mengungkapkan perasaanku bahkan dalam bersikap pun aku masih begitu buruk untuk menjadi pacar yang baik. Hari dimana kau memintaku mengajarkanmu membuat ulasan yang bagus, saat kau mengambil laptopku, aku tidak sengaja membaca pesan masuk dari temanmu. Aku minta maaf karena lancang membaca pesanmu, itu harusnya menjadi privasi dan aku melanggarnya."

Ashley menggeleng cepat, "tidak apa. Maaf, harusnya aku tidak membicarakan hubungan kita kepada teman-temanku. Aku harusnya langsung bicara denganmu. Aku hanya takut, kau merasa tidak nyaman."

"Setelah hari itu, aku berpikir apakah selama ini aku pacar yang buruk? Aku sadar, setiap kali kau ingin berkencan kau pasti mengharapkan pergi ke tempat-tempat yang bagus bukannya diam di rumah hanya menonton film. Aku juga ingin mengajakmu jalan-jalan, tapi aku tidak tahu bagaimana. Aku tidak begitu tahu tempat-tempat bagus dan tidak tahu bagaimana harus bersikap karena aku takut kau merasa tak nyaman. Itulah kenapa aku lebih memilih diam dan membiarkanmu yang memilih kemana kita akan kencan. Bagiku, kau pasti tahu apa yang kau inginkan jadi aku rasa aku hanya perlu mendukungnya tanpa menolak. Kupikir dengan begitu, aku sudah menjadi pacar yang baik dan kau juga bahagia. Nyatanya aku tidak tahu kalau kau merasa aku tidak menyukaimu."

Ashley tersenyum kepada Justin, "tapi kau menyukaiku, kan?" tanyanya.

Justin mengangguk, "ya."

"Maka bagiku itu sudah lebih dari cukup. Kau menyukaiku, aku menyukaimu. Masalah kencan itu urusan belakangan. Setidaknya kau dan aku masih saling memahami. Maaf, harusnya aku mengerti bagaimana sulitnya bagimu. Ke depannya, aku akan lebih mencoba memahamimu. Jadi, jangan bosan denganku yang cerewet dan suka mengoceh tidak jelas ini, ya? Kalau kita menghadapi masalah lagi, aku akan bicara denganmu. Kita bicarakan berdua dan temukan jalan keluarnya," ucap Ashley.

Justin mengangguk paham. Ashley tersenyum dan bangkit dari duduknya untuk memeluk Justin. Ia tersenyum ketika merasakan bahwa Justin juga membalas pelukannya. Merasa puas, Ashley melepaskan pelukannya dan menarik Justin untuk berdiri.

"Ini kafe milikmu, kan? Ayo ajak aku berkeliling. Aku ingin melihatnya. Kalau kafe ini mulai besar, ke depannya menulis esai hanya akan kau lakukan tidak sesering dulu. Jadi, kau akan punya banyak waktu. Bagaimana kalau menemaniku mereview makanan? Kita akan punya banyak waktu bersama dan aku bisa langsung bertanya padamu ketika kebingungan untuk menulis ulasan. Ide yang bagus?" tanya Ashley. Justin mengangguk mengiyakan.

Ashley senang sekali. Ia dengan bahagia memeluk lengan Justin dan menatap sekitar. Justin benar-benar mengajaknya berkeliling dan melihat setiap sisi dari kafe ini. Walau tanpa bicara, Ashley cukup menikmati perlakuan Justin. Setidaknya ke depannya hubungan mereka akan lebih baik, kan?

oOo

[END] SHORT STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang