Previous Chapter...
"Apapun untukmu, bahkan kamu ambil nyawaku sekalipun aku siap!" balas Adam.
Allen terdiam.
"Hei? Apa kau masih di bumi?"
Allen tersentak kecil dan menatap Adam kesal, "aku sudah di Mars! Sekarang cepatlah!"
Adam tertawa, "aku suka saat kamu marah. Kamu terlihat lebih manis."
Allen menendang lutut belakang Adam hingga pemuda itu mengaduh kesakitan. "Arghhh, sialan!"
"Ya, sialan!"
▪▪▪ Destiné à Faire ▪▪▪
Pernahkah kamu berpikir bahwa kamu sebenarnya memang ditakdirkan untuk terjatuh?
Terjatuh pada kubangan dosa.
Berharap Tuhan menyelamatkanmu, tapi sang iblis tak melepaskanmu?
Bahkan Tuhan juga seolah menulikan telinganya saat kamu berseru meminta pertolongan tapi hatimu benar-benar terjerat pada si iblis?
Kawan, kau menduakan Tuhan dan masih punya wajah untuk meminta hal-hal itu padanya?
Apa kamu punya rasa malu?
▪▪▪ Destiné à Faire ▪▪▪
Keesokan harinya, Adam datang menjemput Allen ke Sekolah seperti biasanya. Pemuda itu berdiri di depan gerbang rumah gadis manis itu dengan tatapan bosan.
Sebenarnya ia bisa saja menerobos masuk tapi ia selalu ingat bahwa Ibunya Allen tidak suka pada anak laki-laki. Entah bagaimana ceritanya tapi Allen selalu menolak Adam saat pemuda itu bersikukuh ingin mampir ke rumahnya. Katanya ingin bertemu dengan Ibunya Allen tapi gadis itu pasti akan langsung menolak dan mengatakan jika Ibunya akan langsung menendang Adam keluar.
"Tch, dimana sih dia? Lama sekali!"
"Tinggalkan saja dia."
Adam tercekat kecil dan menatap seorang wanita setengah baya yang berdiri di hadapannya. Mereka hanya terpisah oleh gerbang besi rumah Allen.
"Maaf? Anda—"
"Ibunya Allen."
Adam langsung membulatkan mulutnya dan tersenyum, "Bibi, apakah Allen masih lama? Bagaimana jika saya masuk? Menunggu di teras mungkin, berdiri di sini cukup melelahkan."
Wanita itu menatap Adam sinis, "apakah aku menyuruhmu untuk menjemput Allen? Bahkan Allen juga tidak meminta, kan? Pergi saja sana!"
Adam merengut, "ish, Bibi benar-benar! Aku sahabat anakmu, kenapa kamu begitu?"
"Kamu benar-benar tidak tahu malu."
"Ya, itu nama tengahku."
Wanita itu menghela napas panjang dan menatap Adam dengan tatapan sulit diartikan.
"Bibi, kenapa menatapku begitu? Kau bisa naksir padaku nanti. Maaf saja, aku lebih suka yang seumuran daripada yang lebih tua. Jika disuruh memilih, aku lebih memilih Allen daripada Bibi," ucap Adam ngawur.
Wanita itu berdecak kesal, "kamu!"
"Adam!"
Baik Adam maupun Ibunya Allen pun menoleh dan mendapati Allen berlari dari teras menuju gerbang.
"Ayo, pergi!" ucap gadis itu langsung menarik Adam pergi.
"Eh, tapi Ib—Ibumu!"
Bahkan Allen tak peduli jika ia tak berpamitan pada Ibunya. Ia tetap saja menyeret pemuda itu menjauhi kawasan rumahnya tanpa menoleh pada sang Ibu yang kini sedang menyeringai. Benar-benar mengerikan. Wajah manis wanita itu benar-benar menipu siapapun. Kini senyuman mengerikan tercetak di wajahnya dan tak ada siapapun yang menyadari hal itu. Benar-benar mengerikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] SHORT STORIES
Storie brevi[ B E L U M R E V I S I ] Kumpulan cerita pendek karya saya. Jika ada beberapa pembaca yang menyukai salah satu cerpen dan minta dibuatkan sequel, maka akan saya pertimbangkan. Semoga suka, ya. [ baku • short story • original • flash fiction • cerpe...