11.0 Cemburu

2.1K 206 4
                                    





Karina mengeram kesal, sudah kesal dengan sekretaris suaminya kini ia kesal dengan keinginan Jeno yang tidak masuk akal. Adik untuk Haerin? Gila saja, kalau dia hamil itu berarti dia akan kehilangan karier nya, perutnya akan besar dan tidak bagus lagi.

Jeno benar-benar tau cara memojokkannya tapi ia harus membuat acara itu berhasil agar bisa mengungkapkan keberadaan Haerin. Tapi si Jeno brengsek itu tidak mau bekerja sama.

Hari ini Karina hanya diam di rumah, ia sedang memikirkan ucapan Jeno, apa ia iyakan saja? Tapi ia akan terus meminum pil KB. Itu mudah kan? Ia bisa membohongi Jeno.

"Hahhh, laki-laki itu ck"

Lama berpikir, ponsel Karina bergetar, ia melihat pesan masuk dari nomer yang tidak di kenal.

xxxx :
Sepertinya Oppa sangat kelelahan eonnie, dia masih tampan seperti dulu. Aku suka


Karina membanting ponselnya lalu berjalan cepat mengambil kunci mobil dengan wajah marah karena melihat foto Jeno yang dikirim Lami, berani sekali wanita itu memotret suaminya.

Di belahan dunia lain, Jeno terusik dari tidurnya, ia memang ketiduran di sofa ruangannya karena kelelahan meninjau pekerjaan di lapangan sejak pagi, siang ini mereka baru kembali ke kantor.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Jeno dengan wajah kusut menatap sekretarisnya yang ada di depannya, bahkan sudah duduk di samping sofanya.

"Hmm maaf boss, sa-saya tadi ingin mengantar proposal ini t-tapi anda tertidur jadi..."

"Jangan masuk sembarangan ke ruanganku sebelum ku beri izin, aku tidak suka privasiku diganggu"

"Maaf" cicit Lami dengan cepat berdiri lalu menunduk

"Sudah selesai bukan?"

"Ya?"

"Kau sudah mengantar berkas itu kan? Kalau begitu keluar" ujar Jeno dengan nada suara tega dan wajah datar.

"B-baik, maaf sekali lagi"

Setelah sekretarisnya itu keluar, Jeno memijit pelipisnya yang pening. Di luar terlalu panas, kepalanya serasa mau pecah.

"Jeno!!!"

Jeno terperanjat melihat Karina masuk dengan wajah memerah marah.

"Apa?"

Karina diam namun masih bersidekap dengan wajah marah.

"Ada apa Karina? Jangan membuatku pusing, aku sedang pening"

Karina menjadi salah tingkah sendiri karena merasa tidak harusnya ia marah pada Jeno, kenapa juga ia harus datang buru-buru ke kantor hanya karena foto itu, ck. Karena tak tau harus menjawab apa Karina akhirnya berteriak kesal.

"Aku terima tawaranmu!!"

Jeno mengerutkan dahinya, "Yakin?"

"Ya"

"Kau yakin tidak akan marah dan menangis melihat perutmu membuncit"

Karina terdiam sebentar, "Y-ya, ti-tidak apa-apa!!"

Jeno terkekeh, ia berdiri lalu berjalan mendekati Karina, "Apa yang membuatmu berubah pikiran hmm?" Gumam Jeno sambil menarik dagu sang istri lalu mendekatkan wajahnya pada wajah cantik istrinya.

"Y-ya, karena hm Haerin, ya Haerin"

Jeno tertawa kecil lalu mengecup bibir Karina, "Fine, kalau begitu mulainya dengan patuh pada suamimu" ujar Jeno menarik Karina ke sofa untuk duduk, Jeno lalu menidurkan kepalanya di paha Karina.

Private LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang