24.0 Overprotective

2.6K 260 8
                                    


Langit-langit putih menjadi pemandangan pertama Karina saat membuka mata, hingga beberapa detik berlalu ingatannya kembali, ia menatap sekeliling dengan wajah panik, sang anak adalah orang pertama yang ia cemaskan namun bukan Haerin yang datang menghampirinya tapi sang suami.

"Karina, syukurlah kau sudah sadar"

"Mana Haerin? Mana anakku? Mana dia Jeno?" Ucap Karina setengah menangis, airmatanya sudah meluruh dari pelupuk mata. Tubuhnya yangg terasa sangat pegal ia abaikan hanya untuk bangun mencari keberadaan sang anak.

Untungnya Jeno dengan cepat menenangkan istrinya, "Tenanglah, Haerin baik-baik saja, dia sedang turun makan bersama ayah dan ibuku"

"Tidak, kita harus kesana Jeno, kita tidak boleh membiarkan Haerin sendiri, ada orang yang mau mencelakakan anak kita, ayo, ayo cari Haerin" ujar Karina dengan wajah ketakutan terus mencoba untuk bangun.

"Karina tenanglah"

"Anakku dalam bahaya, aku tidak bisa tenang, Ha-haerin dalam bahaya, aku haris mencarinya" ucap Karina ketakutan

Jeno membantu Karina untuk duduk, namun ia menahan istrinya agar tidak turun dari tempat tidurnya, ia menyentuh wajah Karina, mengelus pipi sang istri yang masih ketakutan akan kejadian yang terjadi kemarin.

"Haerin sudah aman, dia baik-baik saja, kau berhasil melindunginya"

Karina menggelengkan kwpalanya, "Ayo kita cari Haerin, aku takut, aku--aku takut anakku terluka, ada yang menculiknya hikks ada yang membawanya, H-haerin tidak membuka matanya hikss ayo cari anak kita, ayo cari Haerin" ujar Karina sambil menangis, Jeno menarik tubuh lemah sang istri dalam dekapannya.

"Sssstttt semua sudah berlalu, Haerin baik-baik saja, anak kita tidak apa-apa sayang"

Karina masih menangis hingga pintu terbuka menampilkan wajah cerah sang anak yang sumringah melihat ibunya yang sudah sadar dan sedang di dekap ayahnya.

"Eomma!!"

"H-haerin" ucap Karina lirih, ia melepaskan diri dari dekapan suaminya , menggeser Jeno agar memberinya ruang untuk melihat anaknya.

Haerin berlari ke arah ibunya, anak itu langsung memeluk sang ibu begitupula Karina yang sudah membuka tangannya menyambut sang anak.

"Haerin-ah" ucap Karina sambil menangis mengelus punggung anaknya, ia melepaskan dekapannya, menggenggam tangan sang anak mengecek mulai dari tangan sang anak, lengan, bahu, hingga ke bagian kaki nya, Karina mengelus wajah anaknya, "Haerin baik-baik saja kan sayang? Mana yang sakit hmm?"

Haerin menggelengkan kepalanya, "Eomma maafkan Haerin, karena Haerin eomma dan adik bayi jadi sakit"

Karina menggelengkan kepalanya, "Eomma dan ad--" ucapan Karina terhenti

"A-adik bayi?"

Jeno duduk di belakang Haerin, ia memeluk anaknya sambil tersenyum pada Karina, "Selamat mommy, adik Haerin sedang tumbuh diperutmu"

Karina menutup mulutnya kaget, ia tampak berpikir. Karina mulai mengingat kapan terjadinya? Karena perasaan Karina meminum pencegah kehamilan di belakang Jeno, baru setelah mereka berkelahi lah ia berhenti mengkonsumsinya. Tapi biarlah, kalau Jeno tau di curang dengan meminum pencegah kehamilan annti dia marah.

Tapi Karina penasaran, kapan mereka...

"Berapa bulan?"tanya Karina menyentuh perutnya, apsalnya ia tidak merasakan gejala apapun.

"2 bulan lebih"

Karina menepuk dahinya, ia baru sadar telat datang bulan 2 bulan, berarti anaknya sudah ada di perutnya sebelum ia meminum pencegah kehamilan. Untung anak nya tidak apa-apa.

Private LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang