26. Mual

2.6K 239 6
                                    






Beberapa minggu terlewati, akhirnya Karina bisa tenang saat melihat Haerin baik-baik saja di sekolahnya dan sudah mulai beraktivitas seperti biasa. Sementara dirinya, masih tetap berada di rumah, beberapa hari ini Karina mulai merasakan mual, tubuhnya lemas, dan nafsu makannya berkurang.

Karina hanya bisa duduk diam menatap susu ibu hamil yang tidak bisa ia masukkan ke dalam mulutnya. Entah kenapa masuk bulan ke 3 ini, ia agak rewel, penciumannya mulai terganggu, ia gampang mual kalau mencium sesuatu yang berbau tajam, ia juga tidak bisa memasukkan makanan ke dalam mulutnya karena pasti akan berakhir ia muntahkan

Karina kira kehamilan keduanya akan semudah yang pertama dulu, tapi ia baru merasakan perubahan signifikan pada dirinya, dulu saat hamil Haerin ia tidak banyak berubah, hanya sedikit menjengkelkan dan buncit karena babybump nya.

Namun sekarang...

"Sedikit saja ya"

Karina mendorong pelan sendok yang disodorkan ibunya sambil menutup hidungnya, "Bu aku mual, aku ingin muntah mencium bau makanan"

"Tapi kau belum makan sejak kemarin Karina, kalau suami mu tau dia akan khawatir"

Karina menghela napas kasar, "Biar saja, biar dia pulang!! Kenapa dia tega meninggalkan istrinya yang sedang hamil? Aku tidak mau makan sampai dia pulang"

Sang ibu menggelengkan kepalanya, ia menyerah pada sifat keras kepala anaknya, Karina tidak bermain-main dengan ucapannya, anak itu pasti akan melakukan semua hal yang keluar dari mulutnya

"Jangan membuatnya khawatir, kasihan Jeno harus memikirkan pekerjaan sekaligus memikirkanmu"

Karina melengos malam, ia kembali ke kamarnya, mengurung diri seperti sebelumnya.

Usut punya usut, 3 hari yang lalu Jeno pergi ke luar negeri mendadak tanpa memberitaunya, laki-laki itu hanya meninggalkan pesan kalau ada urusan yang harus ia selesaikan selama 5 hari di Jepang dan meminta maaf karena tidak sempat pamit.

Karina tentu saja marah, sampai sekarang dia tidak mau mengangkat telepon dari suaminya, Jeno pun tidak tau kalau keadaannya seperti ini, mual dan muntah setiap hari. Nafsu makan yang awalnya sangat mengagetkan semua orang kini telah surut, Karina hanya bisa meminum air putih sebagai pengganjal perut, walaupun ia lapar tapi ia tidak sanggup memakan apapun.

"Eomma"

Karina tersenyum melihat Haerin masuk ke kamarnya, satu-satunya orang yang bisa mengembalikan keadaan hati Karina telah pulang dari sekolahnya.

Haerin yang sudah mengganti baju berlari ke arah ibunya, memeluk Karina yang masih tersenyum di tempat tidur.

"Eomma masih belum bisa makan?"

Karina menggelengkan kepalanya

"Eomma, makan dengan Haerin ya, kasihan dedek bayi belum makan, Haerin suapi mau?"

Karina terkekeh, ia mana bisa menolak permintaan putri cantiknya, Karina akhirnya mengangguk yang membuat Haerin dengan semangat berlari keluar untuk menyiapkan makanan.

Sementara Karina merasa pusing, ia belum makan apapun sejak kemarin, hanya air putih dan sedikit oat meal yang dipaksa masuk ke dalam mulutnya.

Tak lama ponselnya berdering, ia menatap ponselnya beberapa saat, ia belum memutuskan apakah akan mengangkat atau tidak panggilan dari suaminya. Sebenarnya ia rindu tapi ia masih marah, ingin rasanya meminta Jeno pulang sekarang tapi ia tidak ingin egois. Karina akhirnya mengangkat ponselnya dengan segala pertimbangan.

Hallo? Karina, syukurlah kau mengangkatnya, kau marah padaku? Maafkan aku sayang, Sungchan mendadak memberitauku, semua nya mendesak aku bahkan baru tau masalahnya di pesawat jadi...

Private LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang