23.0 Insiden

2.5K 254 6
                                    







Karina menatap sendu ke arah Haerin yang mengenakan seragam sekolah baru nya. Akhirnya Haerin bisa sekolah di tempat yang ia suka, mereka beberapa kali menawarkan sang anak agar mau homeschooling saja namun Haerin tidak mau, anak itu bilang ingin punya banyak teman, sehingga Karina dan Jeno dengan berat hati membiarkan sang anak kembali sekolah seperti biasa.

"Eomma, bagaimana?"

Karina tersenyum, "Cantik. Anak eomma sangat cantik"

Haerin tersenyum senang, dengan semangat anak itu mengambil tas ransel pink nya. Karina hanya menatap lamat ke arah Haerin, tiba-tiba ia memeluk sang anak saat dekat dengannya. Ia memeluk Haerin erat, perasaannya semakin gelisah, ketakutannya semakin tidak berdasar padahal masalah kontrak itu akan segera selesai, karena ia dan Jeno sudah membayar uang ganti rugi pada beberapa brand. Namun tetap saja ia takut.

"Eomma kenapa?"

"Tidak ada, eomma hanya senang saja anak eomma akan sekolah lagi. Ayo, Eomma dan Appa antar"

Karina dan Jeno mengantar Haerin ke sekolah barunya, anak itu tampak sangat senang, ia berlari masuk ke kelasnya setelah berpamitan pada kedua orang tuanya sementara kedua orang tua nya masih berdiam diri di depan sekolah sang anak.

"Karina"

Karina terus mengigit kuku tangannya, sudah 30 menit sejak Haerin masuk ke sekolahnya namun Karina belum mau meninggalkan tempat itu.

"Aku akan menunggunya disini, kau boleh ke kantor Jeno"

"Tidak Karina, Haerin aman di sekolahnya, kita akan menjemputnya lagi nanti ya"

Karina menggelengkan kepalanya, perasaannya semakin gelisah hari ini, ia tidak ingin Haerin lepas dari pengawasannya.

"Aku tidak punya pekerjaan lain Jeno, tidak apa-apa, aku akan menunggunya di sini, aku akan ke kantin sekolahnya menunggunya istirahat, aku tidak akan mengganggunya, aku tidak akan menampakkan diriku, asal aku bisa melihatnya dari jauh saja cukup"

"Karina jangan berlebihan"

"Haerin dalam bahaya Jeno, a-aku, aku bermimpi aneh semalam, aku tidak mau terjadi sesuatu pada anakku"

Jeno mengusak rambutnya frustasi pada istrinya yang terus saja ketakutan sendiri sejak beberapa hari kemarin.

"Itu hanya mimpi Karina, hentikan semua prasangka burukmu, prasangka mu sendiri yang membuatmu gelisah dan ketakutan"

Karina menatap sekeliling dengan wajah panik, ia menggiggit bibirnya menatap suaminya dengan wajah frustasi, "Tidak Jeno, perasaan seorang ibu tidak pernah salah"

Karena sang istri yang kekeh tidak mau kalah, akhirnya Jeno menuruti Karina namun dengan syarat kalau mereka akan ke kantor nya sebentar untuk bicara dengan Lami. Perempuan itu meminta Jeno mempertemukannya dengan Karina.

Dengan segala paksaan akhirnya Karina bersedia menemui Lami, walaupun ia terus menatap ke arah jam di ponselnya memastikan jam istirahat sang anak belum dimulai.

"Jadi apa yang ingin kau katakan, cepatlah aku tidak punya waktu"

Lami menatap dua pasangan suami istri di depannya, ia tersenyum kecil lalu menggeggam tangan Karina yang membuat wanita itu bingung.

"Eonnie maafkan aku, sebenarnya semua adalah rencana Jaemin oppa"

Karina mengerutkan keningnya bingung, "Maksudmu?"

Lami tertawa kecil, ia mengeluarkan sesuatu dari tas nya, Karina kaget, karena yang ia tau Lami sedang gencar mendekati suaminya.

"Aku akan menikah eonnie, maaf ya, Jaemin oppa meminta ku mendekati Jeno oppa, sebenarnya aku tidak mau tapi dia memaksa jadi aku terpaksa bekerja disini, tapi aku ingin resign karena akan menikah"

Private LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang